Minggu, 22 Maret 2015

Contoh Materi Mata Kuliah Metodelogi Kuantitatif

BAB 1
METODE PENELITIAN

A. ARTI PENELITIAN DAN FUNGSI PENELITIAN

            1. Arti Penelitian
Penelitian menurut paradigma postivis adalah : Suatu realitas/kenyataan dan apa yang benar itu tunggal, Konkret. Istilah Penelitian atau Riset (research) adalah : terdiri dari dua kata yaitu: re artinya Awalan yang berarti lagi atau sekali lagi dan search artinya: kata kerja yang berarti memeriksa secara teliti dan cermat menguji, mencoba atau menyelidiki.
Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris research (re berarti kembali, dan search berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari kembali. Menurut kamus Webster’s New Internasional, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Hillway dalam bukunya Introduction to research mengemukakan bahwa penelitian adalah suatu metode belajar yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. (Hillway, 1965). Menurut Grinnel kedua kata itu membentuk kata benda yang berarti suatu penyelidikan yang cermat dan sistematis dalam suatu bidang pengetahuan yang dilakukan untuk menetapkan fakta. Penelitian dalam bahasa Indonesia dijelaskan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyacian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif dan memecahkan suatu persoalan.
Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah.
 Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut :
1. David H Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
2. J. Suprapto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis
3. Sutrisno Hadi
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
4. Mohamat Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.
5. The New Horison Ladder Dictionary
            Pengertian research ialah a careful study to discover correct information, yang artinya, suatu penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang benar.

                                    
Perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif

Aspek
Kuantitatif
Kualitatif
1.    Maksud
Membuat deskripsi obyektif tentang fenomena terbatas dan menentukan apakah fenomena dapat dikontrol melalui beberapa intervensi
Mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan memperhitungkan konteks yang relevan
2. Tujuan
Menjelaskan,mengontrol,meramalkan fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data numerik.
Memahami fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak_pemahaman yang mendalam.

Aspek
Kuantitatif
Kualitatif
3. Pendekatan
Deduktif, bebas nilai (obyektif), terfokus, dan berorientasi pada tujuan.
Induktif, berisi nilai-nilai (subyektif), holistik, dan berorientasi pada proses.
4. Model penjelasan
Penemuan fakta sosial tidak berasal dari persepsi subyektif dan terpisah dari konteks.
Upaya generalisasi tidak dikenal karena perilaku manusia selalu terikat konteks dan harus diinterpretasikan kasus-perkasus.
5. Metode
Terstruktur, formal, ditentukan terlebih dahulu, tidak luwes, dijabarkan secara rinci terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan.
Historikal, etnografis dan studi kasus.
Aspek
Kuantitatif
Kualitatif
6. Pengukuran
Deduktif, bebas nilai (obyektif), terfokus, dan berorientasi pada tujuan.
Induktif, berisi nilai-nilai (subyektif), holistik, dan berorientasi pada proses.
7. Data
Random/acak: dimaksudkan dalam sampel yang dianggap mewakili.
Naratif, deskriptif, dalam kata-kata mereka yang diteliti, dokumen pribadi, catatan lapangan, artifak, dokumen resmi, video.
8. Analisis data
Deduktif, secara statistik. Terutama menghasilkan data numerik yang biasanya dianalisis secara statistik. Data kasar terdiri dari bilangan dan analisis dilakukan pada akhir penelitian.
Induktif, model-model, teori, konsep, metode perbandingan tetap. Biasanya data dianalisis secara deskriptif yang sebagian besar berasal dari wawancara dan catatan pengamatan.

2.      Fungsi Penelitian
Menurut  paradigma Positivis  fungsi penelitian adalah  untuk menyediakan prinsip-prinsip umum, menetapkan fakta, meningkatkan pengetahuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya tidak terjawab serta menyediakan teori. Menurut Paradigma Post-Positivis adalah penelitian berfungsi menyediakan kebenaran yang tepat. Fungsi penelitian  menurut paradigma iman Alkitabiah  adalah : berfungsi untuk menyediakan kebenaran, dan bukan saja kebenaran yang dapat diperoleh melalui penelitian dengan paradigma positivis, melainkan juga mencakup kebenaran yang diwahyukan. Dalam bahasa keagamaan, penelitian itu dilakukan untuk  kepentingan pelayanan untuk melayani Allah dan manusia. Pelayanan kepada Allah dinamakan kesaksian dan pelayanan kepada manusia dinamakan pemberitaan dengan kata-kata dan perbuatan. Oleh sebab itu penelitian adalah sesuatu yang realitas, fakta, sistematis, hati-hati, logika dan fungsinya untuk mencari kebenaran  dan bukan manipulatif data yang ditemukan.
B. KARANGAN UNTUK ILMIAH
Ciri-ciri karangan ilmiah yang dapat dipakai dalam pengaturan penulisan  sbb :
1.      Isi karangan ilmiah, ini tidak lebih dan tidak kurang dari penyampaian tujuan dan laporan penelitian yang dikerjakan.
2.      Gaya menulis ilmiah, menulis karangan ilmiah bukan karangan kesusastraan.
perlu disadari bahwa tugas membuat karya ilmiah adalah   untuk melaporkan hasil penelitian merupakan suatu teknik dan bukan seni, menulis karya ilmiah dalam bahasa yang baik.
Karangan kita harus mengandung tiga unsur yaitu : logika ilmu yang tepat, bahasa yang jelas dan tepat, gaya yang khusus diminta oleh jurnal yang akan kita kirimkan karangan tersebut.
§  Pada Umumnya Pembagian Karangan Ilmiah yang dikehendaki oleh editor jurnal sbb :
§  Judul
§  Pendahuluan ( mengapa anda lakukan)
§  Bahan dan Metode (Apa yang anda lakukan)
§  Hasil ( Apa yang anda temukan)
§  Pembahasan (Apa artinya)
§  Ucapan terimakasih
§  Daftar pustaka
§  Ringkasan
Urutan biasanya seperti yang tercantum di atas  kecuali pada ringkasan yang dapat ditempatkan diawal atau diakhir karangan. Bukan berarti anda menulis karangan menurut urutan tersebut, yang penting adalah anda dapat mulai menulis  dari mana saja kecuali pendahuluan harus terletak didepan. Setelah itu tak ada urutan yang berlaku, karena urutan pada daftar pertama tergantung pada data yang anda miliki dan bagaimana anda memperlakunya.
§  Pembahasan tiap-tiap bagian yang dipaparkan berikut ini berdasarkan urutan yang umumnya dianut jurnal  
1.      Judul
Tujuan utama menulis karangan ialah agar karangan  dibaca. Dalam memberikan judul harus memberikan fakta. Judul hanya memberi daya tarik untuk membaca karangan tersebut. Alangkah menjengkelkan jika membaca suatu karangan yang judulnya menyatakan sesuatu yang mengisyaratkan suatu pengaruh padahal akhirnya diketahui  bahwa pengaruhnya tidak ada sama sekali.
2. Pendahuluan
Maksud dari karangan ilmiah adalah mengkomunikasikan informasi ilmiah yang baru kepada ilmuan lain. Pendahuluan  suatu kesempatan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pemikiran ilmiah. Pendahuluan adalah suatu bagian untuk mencantumkan sedikit gambaran tentang apa yang akan diharapkan yakni adanya suatu permasalahan yang terfokus pada isu sentral dari apa yang akan dibahas. Apabila pendahuluan telah berfungsi sebagai mana mestinya, pembaca tidak akan menjadi penerima yang pasif, sebaiknya menjadi pencari informasi yang bersemangat.
3. Bahan dan Metode.
Bahan dan metode ialah bagian yang paling gambalang untuk ditulis tetapi bisa menjadi kabur apabila menceritakan terlalu banyak rincian. Ketrampilah menulis bahan dan metode yang baik ialah jika kita mengetahui apa yang tidak perlu dicantumkan. Pertimbangkan mana yang perlu dijelaskan (diuraikan)  dan apa yang tidak perlu dicantumkan tanpa mengurangi arti karangan.
Kriteria penulisan bahan dan metode yang baik ialah jika peneliti dapat mengulangi percobaan setelah membaca uraian tersebut. Cara terbaik untuk memeriksanya  ialah dengan menanyakan dengan rekan penliti apakah tulisan kita telah memenuhi kriteria.

4. Hasil
Bagian hasil bertujuan untuk mengemukakan hasil penelitian. Hasil penelitian tidak seharusnya muncul tiba-tiba pada pembahasan, apalagi dibagian ringkasan. Hasil yang dimaksud dalam bagian ini ialah menyajikan hasil dengan jelas tanpa komentar atau ulasan.
5. Pembahasan
            Suatu sumber atau karangan yang akan dituliskan berdasarkan judul karangan tersebut
6. Ucapan Terimakasih
Yang dimaksud ucapan terimakasih adalah ucapan terimakasih atas bantuan teknis dan saran yang berharga yang anda terima dari pihak lain harus dilakukan dengan sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
7. Daftar Pustaka
            Suatu sumber dari karangan Ilmiah tersebut.
8. Ringkasan
Ringkasan dapat ditempatkan diawal atau akhir karangan bergantung pada persyratan jurnal, dan biasanya merupakan bagian pertama dicari oleh pembaca setelah ia tertarik dengan judul. Ringkasan merupakan hal yang mengesankan  sekalipun biasanya bagian ini ditulis terakhir. Dibaca  atau tidaknya seluruh karangan tergantung kesan yang diperolehnya setelah membaca ringkasannya. Ringkasan suatu karangan ilmiah harus menyajikan informasi dan harus berdasarkan fakta. Ringkasan yang pendek sering dikutip secara langsung oleh pelayanan abstrak . Tetapi apabila ringkasan terlalu panjang pelayanan abstrak mungkin akan memendekkannya tanpa mengacuh pada permasalahan.
Tujuan dari ringkasan adalah untuk merangsang pembaca meluangkan waktunya membaca suatu karangan dan jangan alihkan perhatiannya kepada yang remeh. Dalam penelitian yang paling dasar , melakukan penelitian ialah: melakukan tindakan-tindakan untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah.
C. ANCANGAN DAN RANCANGAN PENELITIAN
Dalam penelitian yang paling dasar , melakukan penelitian ialah: melakukan tindakan-tindakan untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Sesuai dengan paradigma penelitian pada dasarnya ada dua ancangan penelitian yang dapat dipilih yaitu ancangan postivis  (Kuantitatif) dan ancangan Naturalis  (Kualitatif).  

§  Ancangan Positivis (kuantitatif)
Ancangan Positivis  Riset adalah menyelidiki dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu dengan prosedur langkah demi langkah dalam memecahkan masalah atas dasar empiris/pengamatan.

Unsur-unsur  utamanya adalah sbb:
1.      Memulai dengan merasakan adanya kesulitan atau kerumitan.
2.      Menerjemahkan kerumitan itu ke dalam sebuah pernyataan.
3.      Mengupulkan informasi (apa yang telah diketahui).
4.      Membuat hipotesis yaitu penyelesaian sementara yang terbaik.
5.      Mentapkan kelompok sasaran  (populasi).
6.      Menarik satu atau lebih sampel yang diperlukan (jika memakai sampel).
7.      Mengupulkan data.
8.      Menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
9.      Menafsirkan hasilnya.
Ciri-ciri penyelidikan yang dapat disebut riset, menurut ancangan positivis  sbb:
1.      Riset dimulai dari pertanyaan mengapa, apa  penyebabnya, apa arti semuanya itu, yang ada dalam pikiran periset ketika dihadapkan pada fakta yang rumit.
2.      Periset memerlukan penetapan sebuah masalah yang dapat dinyatakan secara jelas, dan dimulai dengan pertanyaan yang jelas dan sederhana mengenai masalah yang diupayakan penyelesaiannya oleh periset.
3.      Riset memerlukan sebuah rencana, karena periset tidak bisa berharap menemukan fakta yang diperlukan atau kebenaran yang dicari secara kebetulan.
4.      Riset menangani masalah utama melalui masalah-masalah yang lebih kecil.
5.      Arah peneliti diperoleh melalui hipotesis  yang sesuai dan didasarkan pada asumsi atau anggapan yang jelas. Hipotesis adalah dugaan yang masuk akal dan memberi arah pada pikiran pada periset mengenai suatu masalah yang bisa membantu pemecahan masalah tersebut.
6. Riset berkaitan dengan fakta dan artinya
7. Riset berjalan melingkar maksudnya adalah riset dimulai dari pemikiran yang bertanya-   tanya dalam menghadapi masalah.
Metode-metode yang termasuk dalam ancangan postivis, dalam batas-batas tersebut dapat dipergunakan dalam penelitian teologi dan keagamaan. Metode kuantitatif dapat diterapkan dalam penelitian gerejawi (Sumanto, 2996) mengatakan bila teologi mengikuti metode ilmiah secara ketat atau istilah penelitian dipakai dalam arti yang lebih luas dalam teologi.

Oleh sebab itu penelitian teologi dan keagamaan dapat mempertimbangkan ancangan yang lain yaitu ancangan naturalis.
§  Ancangan Naturalis (Kualitatif)
Ciri-ciri penelitian naturalis sbb :
1.      Lebih utama proses penemuan data
2.      Lebih peka terhadap masalah ekologis
3.      Lebih memusatkan perhatian  pada fungsi dan adaptasi dari pada memusatkan perhatian kuantitatif
4.      Lebih menekankan penjelasan simpulan kualitatif daripada kuantitatif.
§  Proses penelitian kualitatif menurut Denzin, Lincoln, Jenisick, dan Mores diringkaskan sbb:
1.      Riset kualitatif dimualai dengan tahap refleksi yaitu peneliti menentukan topik atau permasalahan.
2.      Tahap perencanaan yang mencakup pemilihan lokasi
3.      Tahap pembukaan yaitu memasuki tempat penelitian, hal ini Jansick mengatakan  ini adalah suatu tahap “pemanasan”
4.      Tahap pengumpulan data yang produktif. Jenisick menyebutkan tahap ini adalah tahap “kiprah/awal”
5.      Tahap penarikan diri dari lapangan penelitian. Jenisick mengatakan tahap ini adalah tahap “pendinginan”
Jika sudah selesai penelitian maka peneliti sudah bisa memulai menulis dari hasil/data yang sudah diteliti.
D. PENELITIAN EKSPERIMENTAL
Penelitian eksperimental adalah penelitian dengan menentukan variabel  baik variabel bebas maupun variabel terikat dll. Setelah peneliti sudah menentukan judul maka tentukan Variabel yang akan diteliti.
Tentang Variabel. Setiap peneliti selalu memiliki variabel, baik itu penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Jika peneliti tidak merasa memiliki variabel, maka peneliti pada saat itu sedang bingung. Minimal yang harus dimiliki peneliti adalah variabel terikat atau variabel utama peneliti.
Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Variabel dapat didefenisikan sebagai atribut dari seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Seperti tinggi badan, berat badan, motivasi kerja, gaya kepemimpinan, disiplin kerja, etos kerja, ini merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Jadi disebut variabel karena ada variasinya.
Contoh Variabel.
Tinggi badan disebut variabel, karena tinggi badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Variabel juga adalah konsep yang mengandung ciri khas yang dapat diukur atau dapat menujukkan suatu derajat.
Contoh : “Sifat ke Wanitaan” disebut variabel karena mempunyai arah pengukuran nominal atau rasio. Berdasarkian pengertian diatas, variabel dapat dirumuskan sebagai suatu atribut atau sifat atau aspek  dari orang atau objek yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari, dipahami, dan ditarik kesimpulan.
Jadi, dalam penelitian baik  kuantitatif maupun kualitaif  harus menentukan variabel peneliti sebab tanpa variabel maka peneliti dalam kebingungan karena tidak tau pokok permasalahan yang akan diteliti seharusnya.
·         Hipotesis
Hipotesis  adalah jawaban sementara, deduksi teori dll.
Hipotesis disebut jawaban sementara karena lahirnya hipotesis dilakukan  setelah peneliti melakukan kajian teori secara mendalam dan kemudian dengan inspirasi teori-teori tersebut  kemudian menyusun kerangka-kerangka berpikir. Kerangka berpikir tersebut tidak dapat mengutip buku-buku atau teori tetapi harus orsinil pemikiran peneliti. Untuk posisi hipotesis tidak dibagian latar belakang masalah, tetapi setelah kajian teoritis dan kerangka berpikir. Untuk teori berfungsi untuk membekali atau mengarahkan atau melandasi penelitian ke lapangan peneliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara tepat suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk memecahkan masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala.


Contoh
1.      Perumusan masalah : bagaimana pengaruh latihan  pra-sekolah terhadap hasil belajar anak-anak kelas satu yang mengalami hambatan kultural itu?
2.      Hipotesis : anak-anak yang mengalami hambatan kultural dan telah menerima latihan pra-sekolah, akan memperoleh angka lebih tinggi di kelas satu dibanding anak-anak yang mengalami hambatan kultural tetapi tidak menerima latihan pra-sekolah.
Jadi contoh diatas, dapat dilihat bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan yang menghubungkan dua variabel yaitu variabel pra-sekolah dan variabel hasil belajar dikelas satu
§  Kegunaan hipotesis
Hipotesis memberikan jawaban penjelasan sementara gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. Peneliti memang dimulai dari suatu pertanyaan, tetapi hanya hubungan antara variabel sajaah yang dapat diuji.
1.      Peneliti tidak akan menguji rumusan masalah
Contoh.
Apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan hasil murid secara nyata?
2. Peneliti dapat menguji hipotesis yang berbunyi :
Komentar guru terhadap hasil pekerjaan murid menyebabkan meningkatnya hasil beajar  atau lebih spesifik lagi adalah skor hasil belajar siswa yang menerima komentar guru atas pekerjaan mereka akan lebih tinggi dibanding skor siswa yang tidak menerima komentar atas pekerjaan mereka.
Ciri-ciri hipotesis yang baik
1.      Hipotesis mempunyai daya penjelasan
Hipotesis harus  merupakan penjelasan mengenai apa yang seharusnya diterangkan  dengan jelas dan penting.
Contoh
Menstater mesin mobil, ternyata mesinnya tidak mau hidup? Penarikan hipotesis yang salah adalah yang menyatakan bahwa mesin mobil tidak mau hidup karena membiarkan air di kamar mandi mengalir keselokan. inilah merupakan hipotesis yang tidak tepat. Tetapi hipotesis yang benar adalah yang menyatakan bahwa aki mobil mati dan hal ini suatu penjelasan yang tepat dan dapat dikaji kenapa aki mobil mati.


2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada pada variabel-variabel.
Contoh
Mesin mobil tidak akan hidup dan mesin mobil ini mempunyai jaringan karena kabel tidak ada hubungan antara variabel-variabel yang disebutkan, akibatnya tidak ada hubungan yang perlu dikaji. Hipotesis yang baik akan berbunyi “mesin mobil tidak mau hidup karena ada ketidakberesan pada jaringan kabelnya.
3. Hipotesis  harus dapat diuji.
Sifat terpenting hipotesis yang baik adalah kemampuannya untuk diuji artinya kesimpulan dan perkiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pengamatan akan mendukung.
4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada
Hipotesis hendaknya tidak bertentangan dari teori dan hukum-hukum yang sebelumya sudah mampan. Contoh hipotesis yang bertentangan adalah “mobil saya tidak mau hidup karena air akinya berubah menjadi emas
5. Hipotesis dinyatakan secara sederhana dan seringkas atau spesifik mungkin
Menyatakan hipotesis secara sederhana  bukan saja memudahkan pengujian hipotesis , melainkan juga dapat mejadi dasar bagi penyusunan laporan yang jelas  dan mudah dimengerti. Jadi bisa kita simpulkan bahwa hipotesis adalah memberi jawaban untuk sementara dan memberikan jawaban yang orsinil tidak bertentangan  dengan  teori atau variabel yang akan diteliti. Hipotesis juga dapat mengantar si peneliti untuk memecahakan suatu permasalahan.
Penelitian kuantitatif dan bukan eksperimental mengarah pada penelitian  survei. Penelitian survei sangat populer dimana peneliti bisa mencari data-data melalui berbagai media. Batasan dan alat pengumpulan data, menurut Singarimbun (1991:3). Survei ialah penelitian yang sampelnya diambil dari satu populasi dengan kuesioner sebagai pengumpul data yang pokok. Sampel adalah  suatu bagaian yang diamati atau  bagian dari populasi yang diteliti.

Contoh
Para siswa SMA teladan di Malang menjadi sampel bagi anak-anak remaja indonesia. Meskipun pada defenisi tersebut dinyatakan kuesioner adalah pengumpulan data yang pokok, tetapi survei bisa juga memakai pengumpulan data yang lain,seperti wawancara, dan pemeriksaan catatan/berkas. Untuk membuat kuesioner dengan pilihan ganda, informasi sudah dikuantifikasikan ketika dikumpulkan. Pada kuesioner pada pertanyaan terbuka, dan informasi yang diperoleh harus diberi lambang bilangan sehinga dapat dianalisis dan dilaporkan secara kuantitatif. (Brog & Gal 1989:418).
Maksud Survei, dalam penelitian survei ada yang berpendapat bahwa survei itu terbatas pada deskripsi. Tetapi menurut Singarimbun 1989:4-6) mengatakan survei jauh lebih luas dari pada sekedar menggunakan kuesioner untuk menggambarkan sesuatu itu apa adanya. Survei dapat digunakan untuk penjagaan, penggambaran, penjelasan, penilaian prakiraan, penelitian dapat mengatasi hambatan operasional suatu program.
Maksud penjagaan riset survei adalah salah satu penelitian deskriptif. Penelitian semacam itu mencoba menjawab pertanyaan caranya adalah dengan mengumpulkan data dari kelompok-kelompok tertentu kemudian menganalisisnya untuk menghasilkan pernyataan mengenai kelompok-kelompok tersebut.
Langkah-Langkah Riset Survei
Menurut Brog & Gall (1989:423), langkah-langkah survei adalah sbb:
1.      Menetapkan tujuan.
Peneliti harus menetapkan masalah dan mendaftarkan tujuan khusus yang akan dicapai atau hipotesis yang akan diujui dengan kuesioner.
2. Memilih sampel.
Peneliti harus memiliki target populasi yang akan diambil sebagai sampel.
3. Menulis unsur-unsur kuesioner.
Peneliti mengembangkan kueisioner sedemikian rupa sehingga dapat mengukur aspek tertentu dari salah satu tujuan atau hipotesisnya. Sipeneliti harus dapat menjelaskan secara terperinci mengapa ia mengajukan sebuah pertanyaan dan bagaimana ia menganalisis jawaban. Peneliti juga perlu membingkai pertanyaan dalam bahasa yang dimengerti oleh subjek penelitian, oleh sebab itu target populasi perlu ditetapkan dahulu.

4. Menyusun kuesioner.
Kuesioner harus dibentuk sedemikian rupa sehingga menarik dan mudah dijawab. Untuk itu kertas dan tata letak harus baik, unsur-unsur dan halaman kuesioner harus diberi nomor. Mulai dengan pertanyaan yang menarik dan bukan untuk menakutkan.
5. Menguji coba kuesioner.
Walaupun peneliti sudah berharti-hati dalam menjaga penjelasan kuesionernya, kuesioner itu perlu diuji coba sebelum benar-benar dipakai dalam penelitian. Salah satu caranya adalah dengan meminta orang lain dengan menyatakan dengan kata-katanya sendiri arti dari setiap unsur dalam kuesioner tersebut. Dari hal tersebut dapat dilihat apakah pertanyaan kuesioner perlu diperbaiki atau perlu diuji coba lagi.
6. Mempersiapkan surat pengantar.
Surat tersebut sangat menentukan banyaknya kuesioner yang kembaali. Surat itu hendaknya singkat tetapi menyampaikan keterangan dan kesan yang penting. Surat itu juga menyampaikan pentingnya mengisi kuesioner dan tujuannya.
7. Mengirim kuesioner dan menindaklanjutinya.
Surat tindakanlanjut perlu dikirim beberapa hari setelah batas akhir pengambilan kuesioner. Bisa juga menindaklanjutinya melalui telepon.
8. Menganalisis hasil.
Memahami hasil penelitian atau kuisoner yang telah di bagikan dan diisi oleh reponden.
9. Melaporkan penelitian.
Prof.Dr. Sasmoko, menuliskan salah satunya teknik pengumpulan data adalah sbb :
A. Intervieuw (wawancara)
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang telah mampan dan memiliki sifat yang unik. Pewawancara dapat memperitmbangkan jenis atau siapa orang yang harus diwawancarai serta menentukan sistuasi  yang tidak terdapat teknik pengumpulan data yang lain seperti kuesioner.
Teknik Intervieuw (wawancara) ada 2 metode yaitu:
a.       Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan dicari. Oleh karena itu peneliti telah menyediakan pertanyaan-pertanyaan tertulis  dengan alternatif jawabannya yang disebut sebagi pedoman wawancara setiap responden mendapat petanyaan yang sama, yang dicatat oleh pewawancara. Pewawancara dapat juga dilakukan dengan alat perekam  untuk memper lancara wawancara.
Contoh wawancara terstruktur sbb:
MASALAH : Tanggapan masyarakat terhadap produk Teh Kuning
1.      Bagaimana rasanya ?
a.       Sangat enak
b.      Enak
c.       Tidak enak
d.      Sangat tidak enak
2. Bagaimana aromanya ?
a.       Sangat sesuai selera
b.      Sesuai selera
c.       Tidak sesuai
d.      Sangat tidak sesuai/mengganggu. Dll.
b. Wawancara tak terstruktur
Wawancara tak  terstruktur adalah wawancara bebas, tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis dengan lengkap alternatif jawabannya.
Contoh wawancara tak terstruktur
MASALAH : tanggapan masyarakat terhadap Kopi cap Kapal Diesel.
-          Waktu wawancara : sore hari
-          Aspek podoman wawancara dan contoh pertanyaan pembuka responden:
1.      Rasa
-     Sore-sore begini enak kalau kita minum kopi dan ditemanai dengan singkong.
-          Minum kopinya apa pak?
-          Pernah tidak minum kopi cap diesel?
-          Menurut bapak, Rasanya seperti apa kopi tersebut? Enak?
-          Kalau saya kok enak kopi buatan sendiri ya? (pemancing faforit)
-          Bagaimana menurut bapak?
2. Aroma
-          Kalau aromanya bagaimana pak?
-          Sepertinya bau daun the terasa sekali ya?.

B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner berstrutur dan Kuesioner tak berstruktur. Kuesioner berstruktur , berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sedangkan kuesioner tak berstruktur , tidak menyertakan jawaban yang diharapkan atau membuka satu alternatif yang diisi oleh responden.
Kuesioner jenis ini mempunyai kelemahan, yaitu memaksa subyek memilih dari salah satu pilihan jawaban yang telah ditetapkan terlebih dahulu bagi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin subyek merasa tidak mempunyai jawaban yang jelas atau memaksanya alternatif-alternatif yang tidak benar-benar mencerminkan sikap mereka.
Sebaliknya kuesioner tak berstruktur mempunyai kelebihan yakni memberi responden kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan sikap mereka. Kelemahan kuesioner tak berstruktur adalah bahwa informasi yang dihasilkan sulit  untuk diperoses dan dianalisis. Dalam menjawab kuesioner tak berstruktur , subyek mungkin akan melewatkan hal-hal yang penting atau menekankan hal-hal yang tidak menarik perhatian peneliti atau yang tidak penting bagi penelitian tersebut. Karena alasan-alasan inilah maka kebanyakan peneliti menghindari penggunaan kuesioner tak berstruktur dan lebih senang memakai jenis berstruktur. Kelemahan kuesioner berstruktur adalah bisa terjadi salah tafsir responden terhadap pertanyaan tersebut.
Cara menyusun kuesioner menurut Prof. Dr. Sasmoko,  menyusun kuesioner merupakan seni dan tugas yang “gampang-gampang sukar “ dan memakan banyak waktu, tenaga dan intuisi.
Saran –saran untuk menyusun kuesioner sbb:
1.      Susun instrumen atau pengumpulan data sedemikian rupa sehingga mencerminkan mutu yang baik.
2.      Dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan, hendaklah berpedoman pada indikator pada variabel.
3.      Usahakan kalimat sesingkat mungkin. Kuesioner sesingkat mempunyai peluang yang lebih besar untuk di isi dan dikembalikan oleh responden.
4.      Susun kalimat sehingga dapat dipahami oleh setiap responden.
5.      Susunan kalimat tidak boleh mempengaruhi responden ke arah tertentu. Kata yang menyangkut gengsi, yang penuh dengan emosi hendaknya dihindari.
6.      Pertanyaan hendaknya tidak menyesatkan, karena ada asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan.
7.      Hindari pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa curiga atau permusuhan dipihak responden.
8.      Aturlah pertanyaan menurut urutan psikologis yang benar.
9.      Susunlah pertanyaan sehingga jawaban dapat langsung ditafsirkan.
10.  Apabila kuesioner belum dikembalikan sesudah pengiriman pertama, peneliti dapat mengingatkan melalui berbagai alat komunikasi.
Sesudah itu, bila kuesioner belum dikembalikan juga, peneliti sebaiknya mengirimkan lagi kuesioner baru yang disertai dengan surat, pengantar baru. Oleh karena itu dalam penyusunan kuesioner perlu hati-hati.

Contoh kuiesioner

KUIESIONER

Disiplin Yang Eefektif Dan Karakter Yang Baik

A.    Identitas responden
Nama                           :........................................................................
Tingkat                        :........................................................................
Jenis Kelamain            :........................................................................
Usia                             :........................................................................

B.     Petunjuk pengisian
1.      Bacalah semua pertanyaan dengan seksama sebelum memberikan pilihan jawaban yang baik dan benar.
2.      Berikan tanda silang (V) pada kolom jawaban yang dipilih.
3.      Periksalah angket ini sekali lagi sebelum dikembalikan agar tidak ada pertanyaan yang terlewatkan.


C.     Keterangan: STS: Sangat tidak setuju (Nilai 1) , TS: Tidak setuju (Nilai 2), R: ragu-ragu (Nilai 3), S: Setuju (Nilai 4), SS: Sangat setuju (Nilai 5).

NO
Pertanyaan                     
STS
TS
RR
S
SS
1
Disiplin di BMW diterapkan dengan kasih.





2
Jika saya melanggar peraturan, saya ditegur dengan  empat mata terlebih dahulu dan bukan memarahi didepan umum





3
Peraturan di BMW jelas bagi saya sejak awal menjadi mahasiswa.





4
pemimpin yang menerapkan disiplin telah menjadi tela dan yang baik





5
Disiplin telah diterapkan dan berlaku secara adil.





6
Ketika melanggar peraturan saya dikonseling untuk mendapat bimbingan bagaimana memperbaiki diri.





7
Disiplin di BMW bertujuan merubah sikap saya menjadi lebih baik, dan bukan untuk menghukum.





8
Dalam melaksanakan disiplin di BMW tidak menggunakan kekerasan.





9
Hubungan staf dengan mahasiswa akrab.





10
Pemimpin dan staf telah mendengar dengan empati.





11
Disiplin diterapkan dengan konsisten dan dengan penuh tanggungjawab.





12
Keputusan disiplin telah melalui proses yang benar.





13
Dalam pemberian tindak disiplin, mahasiswa di beri kesempatan untuk bicara.





14
Disiplin di BMW membentuk karakter saya lebih baik





15
Terdorong untuk mentaati setiap peraturan yang sudah ditetapkan





16
Membentuk saya lebih rendah hati.





17
Terdorong untuk mentaati firman Tuhan





18
Memiliki pergaulan yang lebih baik





19
Lebih rajin berdoa dan beribadah





20
Lebih matang dalam menyelesaikan masalah





21
Membentuk saya lebih lemah-lembut dan tidak kasar





22
Lebih dewasa dan bertanggung-jawab





23
Membimbing saya untuk meninggalkan hidup lama/kedagingan





24
Menghargai dan mengunakan waktu dengan baik





25
Lebih menghargai/menghormati pemimpin





26
Memberi pengharapan bahwa saya akan berhasil dalam karir dan pelayanan di masa yang akan datang.






C. Observasi
Observasi mempunyai ciri yang khusus jika dibandingkan dengan wawancara dan kuesioner. Jika wawancara selalu berkomunikasi dengan responden maka observasi tidak terbatas pada orang.
Jenis-jenis observasi sbb :
1.      Observasi berperanserta adalah melibatkan peneliti dalam kehidupan sehari-hari orang yang sedang diamati atau data.
2.      Observasi non partisipan adalah tidak terlibatnya peneliti secara langsung dan hanya sebagai pengamat independent.
3.      Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang tentang sisitematis tentang apa yang akan diamati dan dimana tempatnya.
4.      Observasi tak terstruktur adalah observasi yang tidak disiapkan secara sistematis tentang apa yang diobservasi.
Jadi observasi adalah suatu pengamatan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari dan sistematis.
E. Penelitian Kualitatif Dan Bukan Eksperimental
Penelitian dengan metode kualitatif bukan eksperimental mengarah pada penelitian Studi kasus, Hermenutik, Riset teolgi biblika.
A.    Studi Kasus
Dalam  penelitian studi kasus, peneliti menyelediki sesuatu yang ada atau gejala (kasus), yang diikat oleh waktu dan kegiatan. Studi kasus adalah peneliti empiris yang menyelidiki gejala di dalam konteksnya, yaitu di dalam kehidupan nyata, khususnya ketika garis batas antara gejala dan konteks tidak jelas. Dalam penelitian kasus  Yin mengajurkan agar studi kasus dianggap sebagai metode tanpa mengimplikasikan bentuk pengumpulan data baik kuantitaif maupun kualitatif maka, Yin memberi pendapat bahwa riset studi kasus dikelompokkan di bawah riset kualitatif. Menurut Yin Secara umum studi kasus adalah strategi yang lebih baik jika dipakai untuk jenis pertanyaan “bagaimana” atau “mengapa” Tetapi peneliti memiliki pengendalian dalam meneliti suatu gejala yang terjadi dan berpusat pada konteks sebenranya.
Pembagian studi kasus menurut stake (Denzin dan Lincoln 1994:237) adalah sbb:
1.      Studi kasus instrinsik adalah studi yang dilakukan karena kasus tertentu ingin dimengerti lebih baik.
2.      Studi kasus instrumental adalah studi yang dilakukan pada sebuah kasus karena kasus tersebut menyediakan penjelasan masalah  atau perbaikan teori.
3.      Studi kasus kolektif adalah studi kasus instrumental yang diperluas kebebrapa kasus untuk mendapatkan pengertian dan teori yang lebih baik.
Unsur-unsur penting dalam rancangan penelitian dengan metode studi kasus adalah sbb:
1.      Pertanyaan penelitian. Rancangan studi kasus lebih cocok untuk penelitian dengan pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”.
2.      Proposis-proposis akan mencerminkan pokok permasalahan teoritis dan akan menujukkan apa yang diteliti atau dimana penliti mencari bukti-bukti yang cocok.
3.      Unit analisis adalah dalam penelitian studi kasus menentukan apa yang menjadi kasus atau gejala dan memberikan pertanyaan sesuai penelitian.
4.      Pengaitan data yang logis dan proposis-proposisnya. Pengaitan data dengan proposisnya misalnya, dengan cara pencarian dan pencocokan pola yang ada dalam data.
5.      Kriteria untuk mengaitkan penemuan penelitian yaitu menentukan seberapa dekat kecocokan pola dan dapat dikatakan cocok.
Jadi riset studi kasus adalah peneyeledikan kasus atau gejala yang terjadi menurut pengamatan peneliti, dan mengumpulkan informasi terperinci dengan memakai prosedur pengumpulan data yang berlangsung selama waktu penelitian.
B. Hermeneutics
Arti ‘Hermeneutics’
Kata ‘Hermeneutics’ berasal dari kata bahasa Yunani HERMENEUO, yang berarti ‘menjelaskan’, ‘menafsirkan’, atau ‘menterjemahkan’. Jadi, Hermeneutics adalah ilmu yang mengajarkan prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan metode-metode penafsiran Alkitab.
Menurut Rudestam dan Netwon mengatakan hermeneutik adalah sebagai bidang studi kasus, diplopori oleh sarjana Alkitab yang memakai analisis tekstual untuk mendapatkan makna dari teks keagamaan. Tujuan untuk pemakaian ancangan hermeneutik pada data adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai konteks yang memberikan makna. Misalnya, sebuah teks kuno mungkin dianalisis atau ditafsirkan dalam konteks nyata dengan pemikiran bahwa maknanya dapat diterapkan pada masalah-masalah masa kini. Hermeneutik  mengharuskan peneliti kembali berulang-ulang ke sumber data, mengadakan dialog dengan sumber data itu, mencoba memahami makna bagi pembuatannya dan mencoba memikirkan dengan makna bagi peneliti.
Dimensi-dimensi penting yang membedakan rancangan hermeneutik dengan rancangan kualitatif  adalah sbb :
·         Masalah dan perhatian. Hermeneutik sangat mengupayakan perolehan pemahaman yang luas mengenai konteks data dan memberi makna.
·         sifat penegtahuan. Hermeneutik menggunakan proses dialogis yang bersifat terbuka dan berulang-ulang terhadap objek penelitian (teks), dengan peningkatan pengertian dan sebuah penafsiran yang lebih lengkap.
·         Hubungan peneliti dan pokok penelitian. Peneliti hermeneutik sangat terlibat dalam proses penjelasan sehingga masuk ke dalam konteks data.
Jadi metode hermeneutik beranggapan suatau kegiatan tertentu bisa dipahami  bersama dengan konteks tempat kegiatan itu muncul.
C. Riset teologi biblika.
BOLICH mengemukakan lima penelitian biblika, yaitu penerjemahan, kritik teks, kritik sumber, kritik bentuk, dan peneyelidikan Alkitab. Oleh sabab itu dapat dijelaskan secara ringkas dari sejumlah metode penelitian teologi biblika berdasarkan beberapa bagian penting dalam penjelasan Bolich dengan tambahan dari beberapa sumber lain adalah sbb:
1. Penerjemahan
Penerjemahan ialah pemindahan pikiran-pikiran atau tulisan-tulisan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan mempertahankan arti dan maksud asli penulis atau pembicara. Menerjemahkan Alkitab atau bagiannya bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi banyak masalah yang muncul dalam penerjemahan Alkitab. Misalnya, satu terjemahan belum tentu diterima sebagai terjemahan yang benar oleh semua orang, dan hal ini terbukti dari banyaknya versi terjemahan Alkitab dalam sebuah bahasa.
Contoh
Seperti ada orang yang menganggap Alkitab terjemahan bahasa inggris versi King James sebagai satu-satunya terjemahaan yang beribawa dan menganggap terjemahan lain sebagai pengurangan, penambahan, dan pemutarbalikan firman Allah. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika penerjemahan menjadi sumber untuk mendapatkan masalah dalam penelitian biblika. Penelitian teologi biblika yang hendak melakukan penelitian penerjemahan tentu saja harus menguasai bahasa asli Alkitab sebagai bahasa sumber dan menguasai bahasa sasaran. Pemahaman atas bahasa Ibrani dan Yunani membuat si peneliti bisa mengetahui adanya masalah dalam terjemahan ayat atau perikop tertentu dalam Alkitab.
Peneliti terjemahan dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan terjemahan yang benar dan maknanya dapat dipahami sesuai dengan  bahasa sumber.
2. Kritik Teks
Kritik teks  ialah ilmu yang berupaya menyusun dan menetapkan kembali teks asli Alkitab sedekat mungkin. Menurut prosedur evaluasi teks yang dijelaskan Bolich data yang harus ditemukan dalam melakukan kritik teks adalah adanya bukti internal sbb :
1.      Teks mengalami perubahan dengan tidak sengaja dalam proses penyalinan, seperti kesalahan pelihatan, kesalahan pendengaran, kesalahan pengingatan, atau kesalahan pemahaman
2.      Teks mengalami perubahan secara sengaja dalam proses penyalinan, seperti pembetulan karena alasan tata bahasa/ilmu bahasa dan karena pertimbangan doktrinal.
Disamping itu, teks juga mengalami perubahan karena penyalinan bermaksud untuk membetulkan kesalahan naskah, menghapus ketidakcocokan yang nyata. Oleh sebab itu peneliti teks harus menentukan apakah bunyi teks sesuai dengan bahasa aslinya atau tidak. Jika teks itu berbeda peneliti harus menentukan mana yang paling sesuai dan yang paling tidak sesuai.

3. Kritik Sumber
Kritik sumber ialah metodelogi analisis yang dipakai dalam penyelidikan buku-buku biblika untuk menemukan dokumen-dokumen (sumber-sumber) yang telah dipakai dalam penyususnan wancana tertulis. Dengan demikian, kritik itu menyelidiki ciri-ciri kewacanaan sebuah teks khususnya struktur, gaya, penggunaan kata-kata susdut pandang, pengulangan kata-kata, dan penalaran.
4. Kritik Bentuk
Kritik bentuk ialah analisis sebuah teks menurut bentuk-bentuk khas yang digunakan orang, dalam konteks budaya tertentu. Data yang diperlukan dalam melakukan kritik bentuk dengan model analitis  adalah struktur teks (garis besar, pola, ciri-ciri gaya pendahuluan dan simpulan dalam teks. Jadi dalam pengertian kritik bentuk memperhatiakan penemuan bentuk-bentuk asli dari bahan-bahan yang dipakai oleh penulis kitab suci termasuk sejarah tradisi yang melatarbelakanginya.
5. Penyelidikan Alkitab
Penyelidikan  Alkitab dapat memanfaatkan kritik-kritik yang telah dibahas, kritik-kritik tersebut dapat dipadukan sehingga menghasilkan kebenaran Alkitab yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan maksud Alkitab sebagai tulisan suci. Untuk menyelidiki Alkitab dengan model pertanyaan pokok, diperlukan informasi yang akan membantu memahami teks seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya. Untuk mencari informasi dapat diajukan pertanyaan  pokok seperti, siapa, kapan, dimana, mengapa, apa, dan bagaimana.
Ada 10 bagian metode penyelidikan Alkitab adalah sbb :
1.      Metode sintesis adalah metode yang mendekati sebuah kitab satuan dan berusaha memahami maknanya sebagai keseluruhan.
2.      Metode kritis adalah metode yang memeriksa secara cermat pernyataan-pernyataan dan implikasi-implikasi sebuah kitab untuk memastikan hubungannya dalam keadaan tulisan.
3.      Metode biografis ialah metode yang menyusun kembali gambaran penulis dan orang-orang yang berhubungan dengannya serta mengartikan konteksnya dari segi kepribadian mereka.
4.      Metode historis ialah metode yang meninjau kembali letak historis dan geografis kitab dan berupaya menunjukkan pengaruhnya terhadap penafsiran.
5.      Metode teologis ialah metode yang mengatur ajaran sebuah kitab sesuai dengan doktrin-doktrin yang dibicarakan dan menjelaskan tekanan spritualnya.
6.      Metode retoris ialah metode yang menunjukan bagaimana penggunaan gaya bahasa untuk meyakinkan ajaran doktrin.
7.      Metode topikal ialah metode yang menyarikan dari teks semua acuan topik tertentu dan megalihkan konteksnya kedalam pengajaran yang utuh termasuk penyelidikan kata dan frasa.
8.      Metode analitis ialah  metode yang memeriksa teks atau bagiannya secara terperinci dengan menganalisis dengan terstruktur sehingga dapat dinyatakan dengan tepat.
9.      Metode perbandingan ialah metode yang menyoroti teks dengan membandingkan atau mempertentangkannya dengan bagian-bagian lain dari Alkitab yang berkaitan.
10.  Metode devosional ialah metode yang berupaya menerapkan wacana pada kehidupan pribadi pembaca.
Oleh sebab itu dalam penyeledikan teologi biblika Alkitab dapat digunakan  untuk penyiapan khotbah, renungan, dan pelajaran Alkitab. Metode-metode tersebut dapat dipakai untuk memahami teks, dan mengartikannya dan menerapkannya.

F. PENELITIAN KESEJARAHAN

Penelitian kesejarahan dapat digolongkan penelitian dengan paradigma kualitatif walaupun tidak sepenuhnya benar sebab ada penelitian sejarah yang bersifat kuantitatif. Menurut defenisi penelitian sejarah Brog dan Gll mendefenisikan penelitian sejarah adalah sebagai pencarian sistimatis mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan pertanyaan tentang masa lampau dan penafsiran fakta. Penelitian kesejarahan penting dalam teologi dan ilmu keagamaan. Dengan penelitian tersebut orang dapat  belajar dari kekeliruan dan penemuan-penemuan di masa lampau. Orang dapat terbantu dalam menetapkan pembaruan-pembaruan dan sedikit banyak dapat memperkirakan kecenderungan di masa depan. Misalnya, mempertimbangkan kesinambungan masa lampau dan masa kini, memperhatikan kesejajaran masa kini dengan masa lalu, dan membandingkan sejarah yang sama di tempat-tempat yang berbeda.
Brog dan Gall, menyebutkan beberapa fungsi penelitian kesejarahan dalam bidang pendidikan yang mungkin juga benar dalam bidang teologi dan keagamaan.
Fungsi-fungsi tersebut adalah sbb :
1.      Fungsi pembebasan dari beban masa lampau (masalah lampau yang sudah dipecahkan tidak perlu menjadi masalah lagi, kekeliruan masa lampau tidak perlu diulang).
2.      Fungsi menyediakan kerangka moral untuk memahami masa kini ( membimbing dalam memahami kehidupan dan membuat keputusan moral).
3.      Fungsi pembaruan masyarakat (menghindari ketidak adilan masa lampau).
4.      Fungsi perkiraan kecenderungan masa lampau.
5.      Fungsi pengubah parktik.
§  Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian sejarah sumber data dapat berupa benda peninggalan, dokumen dan orang. Dalam hal orang peneliti mungkin memperoleh data dari pelaku atau saksi sejarah. Data dapat juga diperoleh melalui metode yang disebut sejarah lisan, yaitu wawancara untuk memperoleh yang tidak terdokumentasikan dan diturunkan secara lisan dari generasi kegenerasi yang kemudian dicatat menjadi teks.
Ada juga sejarah lisan yang telah terdokumentasikan dan tentunya dapat dijadikan sumber data.
§  Langkah-langkah penelitian kesejarahan
Langkah-langkah kebanyakan penelitian kesejarahan adalah sbb :
1.      Menetapkan masalah atau pertanyaan untuk diselediki.
2.      Mencari sumber-sumber fakta sejarah, seperti sumber orang, dokumen, komunikasi lisan, dan peninggalan.
3.      Meringkaskan data kuantitatif  (bila perlu) dan menilai sumber sejarah. Melakukan kritik sejarah, baik kritik internal (apakah bukan tiruan, apakah kopian asli, siapa yang menulis, kapan, dimana, dan dalam kondisi apa dari segi ketetapan dan kelayakan.
4.      Menyajikan fakta yang cocok dalam kerangka yang bersifat penafsiran.
Jadi penelitian kesejarahan  perlu hati dalam menemukan data yang pasti dan jangan salah mengaplikasikannya suatu kejadian masa lampau dan masa kini. 

BAB II
PENULISAN SKRIPSI

A.    SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Halaman judul
Lembaran persembahan
Lembaran pengesahan
Motto
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Identifikasih Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Model Penelitian
Populasi Dan Sampel
Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik Pengolahan Dan Analisa Data
                        Aspek Teoritis
                        Aspek Praktis
           
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi Istilah
Tinjauan.Pustaka Tentang.Disiplin
Tinjauan Pustaka Tentang Pembentukkan Karakter
Kerangka Berpikir

BAB III  METODOLOGI PENELITIAN
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
Tempat Dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Populasi Dan Tehnik Pengumpulan Sampel
Besar Sampel
Tehnik Pengumpulan Data
Pengembangan Istrumen Penelitian
Defenisi Konseptual
Defenisi Oprasional
Analisa Data


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Variabel Satu
Vareibel Dua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Saran-Saran
Bagi Mahasiswa
Bagi Pemimpin Dan Staf
Bagi Yayasan Misi Remaja Internasional
Bagi Peneliti Selanjutnya
BIBLIOGRAFI
Lampiran
                        Surat Rekomendasi Penelitian
                        Surat Keterangan Izin Penelitian
                        Kuiesioner


B.     MEMBUAT PROPOSAL
                       
1.      Pendahuluan

Salah satu dalam penelitian adalah masalah penelitian. Tidak ada masalah, berarti tidak ada penelitian, karena masalah itulah yang menyebabkan adanya penelitian. Oleh karena itu, sebuah usulan penelitian atau proposal akan mengemukakan masalah dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah. Pertama-tama, proposal harus menciptakan minat pembaca terhadap pokok penelitian, baru masalahnya dikemukakan.
Pada umumnya , dapat dikatakan bahwa penulisan proposal adalah salah satu langkah dalam merencanakan penelitian sepanjang di dalam penulisan proposal itu tercakup pengambilan keputusan-keputusan yang akan menentukan proposal penelitian dan pada akhirnya menentukan pelaksanaan dan pelaporan hasilnya. Untuk membuat pernyataan masalah, penelitian harus didapatkan lebih dahulu. Berdasarkan masalah itu, peneliti dapat menulis paragraf-paragraf yang menyatakan masalah penelitiannya. Penetapan masalah bisa dilakukan dalam proses penulisan proposal, tetapi juga dapat dilakukan sebelumnya. Jika demikian penulisan proposal, peneliti tinggal menuangkan secara lebih terperinci masalah yang telah ditetapkan itu.
Menurut Locke Spirduso dan Silverman, mengatakan masalah adalah pengalaman ketika kita menghadapi situasi yang tidak memuaskan. Namun, tidak semua situasi yang tidak memuaskan adalah masalah, tetapi situasi itu betul-betul tidak memuaskan sehingga dirasakan sebagai masalah. Dan pengalaman itu bukan hanya pengalaman dalam praktik, melainkan juga  dalam mengamati teori yang bertentangan.
Proposal ditulis untuk dibaca sehingga orang mengerti dan menyetujui. Jadi fungsi proposal adalah sebagai alat komunikasi dan kontrak, disamping rencana. Jadi Mahasiswa menulis proposal untuk dibaca oleh panitian bimbingan skripsi. Kata pendahuluan berfungsi memberikan latar belakang permasalahan dan mengantarkan pembaca kepernyataan masalah penelitian. Untuk itu peneliti perlu bertolak dari bidang permasalahan ke pokok permasalahan yang telah dibatasi ruang lingkupnya dan yang telah dihadapkan dengan konsep atau variabel tertentu.
Penelitian Biasanya diawali dengan masalah. Langkah pertama dalam penelitian adalah menilai apakah masalah yang diajukkan layak diteliti. Selanjutnya peneliti menguraikan masalahnya yaitu dengan mendemonstrasikan penguasaan masalah yaitu dengan cara menulis latar belakang masalah. Peneliti pada awalnya harus menentukan pokok persoaalan penyelidikan. Pokok persoalan dapat diartikan sebagai dasar terbentuknya “Variabel terikat.” Pemilihan pokok persoalan bersifat pribadi, tetapi hendaknya mengarah kepada suatu bidang yang dikuasai peneliti.


Contoh mendemonstrasikan Latar belakang masalah
“EFEKTIVITAS DISIPLIN BAGI PEMBENTUKKAN KARAKTER MAHASISWA DI SEKOLAH ALKITAB BINA MUDA WIRAWAN AMBON”
a.      Latar Belakang Penelitian
Sekolah Alkitab adalah salah satu lembaga yang turut serta mengambil bagian dalam pendidikan atau pembinaan. Dengan adanya Sekolah Alkitab dapat meningkatkan sumber daya manusia khususnya dalam menghasilkan pelayan–pelayan Tuhan yang berkarakter terpuji, berhati hamba, serta mampu menghadapi tantangan pelayanan gereja di masa yang akan datang.
Dalam sebuah lembaga pendidikan, selain mengajar, melatih, dan mendidik, ada juga peraturan-peraturan atau norma-norma yang diberlakukan bagi anak didik. Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya. Peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah.  Sebagaimana lembaga pendidikan lainnya, Perguruan Tinggi juga menerapkan peraturan-peraturan atau tata tertib bagi mahasiswa yang ada di dalamnya. Peraturan–peraturan itu biasanya disebut dengan disiplin kampus, yang bertujuan untuk memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang dan mendorong mahasiswa melakukan yang baik dan benar, serta hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat, terpuji, dan layak diteladani. Namun disiplin kampus ini sering diasumsikan secara keliru oleh mahasiswa. Ketika mendengar istilah “disiplin” seringkali yang terlintas dalam benak adalah gambaran-gambaran negatif, misalnya hukuman, tuntutan, atau perintah yang harus ditaati. Jadi sebagian orang merasa disiplin itu sebagai sesuatu yang menakutkan dan berbahaya. Walaupun demikian, mereka tetap melakukan secara terpaksa karena konsekuensi-konsekuensi yang berlaku.
Disiplin biasanya dimengerti sebagai tata tertib, ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan.  Dalam beberapa pengertian lain, disiplin didefinisikan sebagai kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku. Jadi, setiap anak didik atau para mahasiswa yang ada di dalam satu lembaga pendidikan wajib mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan dan bersedia menerima konsekuensi dari setiap pelanggaran yang dilakukan. Disiplin kampus secara khusus di Sekolah Tinggi Teologi erat kaitannya dengan pembentukan karakter.
Karakter merupakan istilah yang sangat penting di dalam dunia pendidikan. Untuk  membentuk  karakter pribadi, merupakan kalimat yang memiliki makna yang sangat dalam. Pada pribadi sesorang karakter merupakan  sesuatu yang pokok, yang berkaitan denganteladan Allah.  Karakter terbentuk dari proses meniru yaitu melalui proses melihat, mendengar, dan mengikuti. Karakter sesungguhnya dapat diajarkan secara sengaja, oleh karena itu seseorang bisa memiliki karakter yang baik atau karakter yang buruk tergantung dari sumber yang ia pelajari atau sumber yang mengajar.
Sebagaimana lembaga pendidikan, Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon, juga turut berperan dalam mempersiapkan para pelayan atau pengerja yang diperlukan oleh gereja dan lembaga Kristen lainnya. Untuk menghasilkan anak–anak Tuhan yang berkarakter Kristus, maka SA BMW Ambon menerapkan peraturan atau disiplin kampus kepada setiap mahasiswa yang ada di dalamnya. Disiplin tersebut adalah menyangkut kehidupan rohani, tingkah laku, kehidupan berasrama, dan disiplin dalam hubungan antar mahasiswa. Setiap pelanggaran yang dilakukan akan diberikan konsekuensi sesuai dengan tingkat pelanggarannya.
Penulis telah melakukan observasi terhadap mahasiswa di SA BMW Ambon apakah mereka melakukan peraturan–peraturan itu dengan kesadaran sendiri, jadi ada yang mengatakan mentaati peraturan karena  takut dihukum, takut gagal, atau karena tuntutan dari keluarga. Dari jawaban–jawaban yang mereka berikan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sebagian mahasiswa melakukan peraturan karena mereka menyadari melalui peraturan-peraturan yang diterapkan itu karakter mereka dibentuk sehingga menjadi seorang pribadi yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun ada juga mahasiswa yang melakukan peraturan hanya untuk menghindari konsekuensi-konsekuensi dari setiap pelanggaran yang dilakukan. Alasan lain mengapa mereka melakukan peraturan yaitu karena takut gagal, sebab apabila tingkat pelanggaran yang dilakukan tinggi maka sesuai dengan peraturan yang diterapkan di SA BMW Ambon konsekuensinya adalah di kenakan skorsing bahkan dikeluarkan dari sekolah. Beberapa dari mahasiswa juga melakukan peraturan hanya karena tuntutan dari keluarga yang mengharapkan mereka akan menjadi seorang anak Tuhan yang berkarakter terpuji dan menjadi Hamba Tuhan sesuai dengan harapan mereka. Jadi, di atas kertas mereka menyetujui semua peraturan yang telah ditetapkan di SA BMW Ambon namun mereka sulit untuk melakukannya, sehingga ketika ada yang melakukan pelanggaran dan diberikan konsekuensi, mereka seringkali menunda untuk mengerjakannya.
 Berdasarkan alasan–alasan di atas, maka penulis mengasumsikan bahwa peraturan di SA BMW Ambon perlu dikaji ulang, dianalisa, dan diberikan perbaikan-perbaikan seperlunya. Tentu penerapan disiplin yang bertujuan untuk mendidik karakter mahasiswa itu semua tanggung jawab pimpinan sekolah beserta staf-staf yang menerapkan disiplin di SA BMW Ambon.
Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk memilih judul “Efektivitas Disiplin Bagi Pembentukkan Karakter Mahasiswa di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon” Dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektivitas disiplin di SA BMW Ambon bagi pembentukan karakter mahasiswa.
b.      Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis akan mengidentifikasikan masalah yang terjadi, yang akan dibahas oleh penulis, tujuan dari pengidentifikasian ini untuk mempermudah skripsi ini. Adapun identifikasi masalah adalah:
  1. Mahasiswa belum menyadari pentingnya disiplin bagi pembentukan karakter
  2. Sebagian mahasiswa terpaksa mengikuti disiplin kampus karena sebab takut gagal.
  3. Sebagian mahasiswa  kurang setuju disiplin Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon, sehingga sering menunda untuk mengerjakan konsekuensi yang diberikan.
  4. Staf kurang mampu untuk menerapkan disiplin yang efektif cenderung menerapkan secara otoriter
  5. Pemimpin yang menerapkan disiplin tidak menjadi teladan yang baik
c.       Batasan Masalah
Penulis dapat membatasi masalah penelitian sekitar:
1.      Pokok penelitian ini terfokus pada disiplin yang efektif bagi pembentukan karakter.
2.      Lokasi penelitian dibatasi  di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon.
d.      Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Apakah disiplin kampus yang diterapkan di SA BMW Ambon sudah cukup menjawab kebutuhan akan pembentukan karakter para mahasiswa yang ada di dalamnya?
  2. Apakah setiap disiplin itu dilakukan oleh mahasiswa dengan kesadaran sendiri atau karena motivasi lain?
  3. Bagaimanakah seharusnya disiplin kampus SA BMW Ambon agar dapat membentuk karakter mahasiswa sesuai dengan visi dan misi SA BMW Ambon?
e.       Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah
  1. Sebagai bahan pertimbangan bagi penulis untuk mengetahui sejauh mana disiplin yang diterapkan di kampus SA BMW Ambon efektif bagi pembentukan karakter mahasiswa.
  2. Memberikan kontribusi kepada SA BMW Ambon dalam rangka meningkatkan disiplin dalam pembinaan karakter mahasiswa.
  3. Merubah paradigma mahasiswa yang salah tentang arti disiplin kampus dan konsekuensinya
  4. Menjelaskan bagaimanakah seharusnya pimpinan dan staf menerapkan disiplin yang efektif sehingga mahasiswa memiliki karakter yang baik.
  5. Untuk meningkatkan pembinaan karakter mahasiswa melalui penerapan disiplin kampus yang telah ditetapkan.
f.       Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian memberikan alternatif  bagaimana cara menerapkan ke disiplinan yang baik dan benar untuk demi keberhasilan mahasiswa dan dapat terciptanya hamba-hamba Tuhan  yang taat dan berkarakter seorang hamba Tuhan. Sehingga staf-staf  atau dosen pengajar Kristen dapat memahami bagaimana cara menerapkan disiplin yang efektif sehingga karakter mahasiswa yang masih susah diatur dapat dimbimbing dengan baik agar nantinya di dalam pelayanan mereka disiplin dalam segala hal dan berkarakter hamba Tuhan yang memiliki kerendahan hati.
g.      Metode Penelitian
Di bawah ini akan diuraiakan dengan bagian metode penelitian,  yaitu sebagai berikut :
Jenis Penelitian
Dalam pengumpulan data skripsi ini, maka penulis dapat menggunakan metode Quantitatif yaitu :
1.      Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quantitatif.
2.      Diambil dari populasi mahasiswa Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon.
3.      Terhadap Staf/dosen sebagai penerapan disiplin dan pembentukkan karakter mahasisiwa SA BMW Ambon untuk keberhasilan menjadi hamba Tuhan yang baik.
4.      Diambil dari kuiesioner.
5.      Metode kepustakaan yang berkaitan dengan buku-buku tentang disiplin yang efektif dan pembentukkan karakter yang baik.
Model Penelitian
            Penulis melakukan penelitian dengan bentuk survey dimana penulis mengamati secara langsung bagaimana penerapan disiplin yang diterapkan kepada mahasiswa apakah mereka taat dan memiliki karakter yang baik dan juga penulis melihat apakah disiplin yang diterapakan kepada mahasiswa apakah efektif atau tidak.
Populasi Dan Sampel
Sebagai populasi dan sampel dalam penelitian skripsi ini adalah Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon dan sebagai sampelnya adalah mahasiswa BMW yang berjumlah 30 orang dari tingkat 1 (satu) sampai tingkat (tiga).
h.      Tehnik Pengumpulan Data
            Dalam pengumpulan data skripsi ini maka penulis mengumpulkan data-data melalui eksplorasi data pustaka dimana penulis mencari buku-buku pendukung yang berhubungan dengan judul penelitian, mangambil dari media massa yaitu melalui Internet, dan juga penulis mengumpulkan data melalui pembagian kuiesioner/angket dan melakukan wawancara kepada mahasisiwa BMW.
i.        Tehnik Pengolahan  dan Analisa Data
Adapun bagian-bagian pengolahan dan analisa data adalah sebagai berikut :
Aspek Teoritis
Salah satu kegunaan pengolahan melalui kajian teori adalah untuk mengetahui berbagai metode-metode penerapan disiplin yang efektif sehingga penulis dapat menerapkan disiplin yang efektif dan dapat membentuk karakter mahasiswa.


Aspek Praktis
Salah satu kegunaan dari hasil penelitian adalah untuk mengetahui dengan jelas apakah disiplin yang diterapkan sudahkah efektif dan dapat membentuk karakter mahasiswa atau tidak, sehingga jika dalam penelitan penulis disiplin yang diterapkan di BMW tidak efektif dan tidak membentuk karakter maka, penulis dapat megkaji tentang bagaimana cara agar penerapan disiplin di BMW menjadi efektif bagi pembentukan karakter mahasiswa.

C.    TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka adalah mentelusuri sumber-sumber berdasarkan judul atau vareabel skripsi yang akan diteliti. Dan dalam kajian pustaka penulis mencari sumber-sumber atau teori-teori dari beberapa buku untuk mendukung penelitian berdasarkan judul skripsi. Contoh untuk tinjauan pustaka.

Judul Skripsi : “EFEKTIVITAS DISIPLIN BAGI PEMBENTUKKAN KARAKTER MAHASISWA DI SEKOLAH ALKITAB BINA MUDA WIRAWAN AMBON”
            Kalau cermati judul skripsi diatas maka terlihat ada dua vareabel yaitu vareabel pertama adalah “Disiplin” dan vareabel kedua adalah “Pembentukkan karakter” maka dalam pengkajian sumber sumber dari berbagai buku akan telusuri seperti :
a.       Defenisi Istilah
Defenisi istilah akan mencari diberbagai buku-buku tentang pengertian seperti pengertian efektivitas, disiplin, dan karakter. Dan diusahakan harus banyak sumber yang berbeda untuk memberi pendapat tentang pengertian yang akan di telusuri berdasarkan Judul skripsi supaya lebih banyak sumber maka akan mudah memberi kesimpulan tentang pengertian yang di telusuri tersebut.
b.      Tinjauan.Pustaka Tentang Disiplin
Dalam pengkajian tinjauan pustakan yaitu mencari dari berbagai buku-buku yang berhubungan tentang disiplin dan alangkah baiknya dalam penelusuran tentang disiplin di haruskan buat sistematika tentang apa-apa saja yang akan ditelusuri tentang disiplin yang berkaitan tentang judul skripsi yang akan diteliti. Contoh sistematika dalam penulusuran tentang disiplin yaitu:
Tinjauan Pustaka Tentang Disiplin
·         Fungsi Disiplin
·         Tujuan Disiplin
·         Disiplin Yang Efektif
·         Nilai Budaya Kedisiplinan
·         Menegakan Disiplin Rohani
·         Pandangan Alkitab Tentang Disiplin Rohani
c.       Tinjauan Pustaka Tentang Pembentukkan Karakter
·         Kedewasaan Rohani Dalam Pembentukkan Karakter
·         Karakter Orang Kristen Yang Baik
·         Karakter Hidup Yang Berkenan Kepada Allah
·         Karakter Dalam Pelayanan
·         Karakter SeorangPemimpin
·         Peranan Roh Kudus Dalam Pembentukkan Karakter
·         Karakter Yang Diubahkan Dalam Yesus Kristus


d.      Kerangka Berpikir
·         Pentingnya Disiplin
·         Pentingnya Pembentukkan Karakter
·         Efektivitas Disiplin Bagi Pembentukkan Karakter


D.    METODELOGI PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini, sangat berkaitan dengan penerapan disiplin yang semakin berkembang begitu luar biasa, dengan demikian maka sangat memerlukan pengetahuan metodologi yang baik, sehingga penelitian harus dilakukan benar-benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dari penulisan skripsi ini, menggunakan metodologi penelitian untuk dapat mengukur validitas serta setiap variabal yang akan di proses. Maka dalam proses penelitian ini, penulis memakai perhitungan kuantitatif yaitu dapat mengukur setiap masalah yang ada dalam bentuk bobot banyak atau angka yang dapat diolah statistik.
Dengan demikian juga, maka metode penelitian ini penulis menggunakan penelitian yang berkembang oleh Sasmoko yaitu Eksplanatori yang menggunakan tipe hubungan antara variabel hubungan Asimetris. Inti dari metode ini adalah dimana satu variabal dapat memepengaruhi variabel yang lain yaitu hubungna antara stimulus dengan responden.
Hubungan ini, merupakan satu tipe hubungan antara peranan Staf dalam mendisiplinkan mahasiswa secara efektif melalui student handbook, untuk terciptanya hamaba-hamba Tuhan yang memiliki karakter yang baik di Sekolah Bina Muda Wirawan Ambon. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis sesuai dengan kebutuhan informasi yang ada di dalam penelitian tersebut.

Judul penelitian
Efektivitas Disiplin Bagi Pembentukkan Karakter Mahasiswa Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon

Tujuan Penelitian
Dalam tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara emperik bagaimana peranan untuk menerapkan disiplin yang efektif sehingga dapat membentuk  karakter mahasiswa yang baik di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon. Secara terperinci penelitian ini terbagi dalam dua bagian yaitu Pertama : untuk mengetahui emperik informasi mengenai faktor-faktor penyebab mengapa dan bagaimana menerapkan disiplin yang efektif sehingga terciptanya karakter mahasiswa yang baik di SA BMW Ambon. Kedua : untuk menegtahui perkembangan kedisiplinan mahasiswa dan bagaimana karakter mereka sudahkah memiliki karakter seorang hamba Tuhan atau tidak.

Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon, dalam pelaksanaan penelitian dan uji coba instrumen dimulai dengan observasi penelitian dilakukan dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juli2013. Proses analisis data statistik yang digunakan untuk menguji apakah disiplin di SA BMW Ambon efekti dan dapat membentuk karakter mahasiswa atau tidak, dengan itu dapat diukur melalui SPSS atau statistic prodact service sulition.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan studi kasus. Maka dengan demikian penulis dapat memakai survey yang bersifat Eskplanatori karena dalam prosesnya penulis ingin meneliti secara tuntas tentang penerapan disiplin secara efektif yang menjadi variabel terikat (Y), yang berpengaruh bagi variabel bebas, sedangkan variabel bebas yaitu karakter yang baik. (X), dan kesimpulanya akan diambil dari populasi atau obyek penelitian.
Berdasarkan uraian di atas maka demikian penelitian ini akan dikostribusi ke dalam hubungan asimetris anatara dua variabel, sehingga variabel satu akan menjadi penerapan disiplin yang efektif, sedangan variabel dua akan menjadi karakter mahasiswa yang baik.


                                       Populasi Dan Tehnik Pengumpulan Sampel     
Pada umumnya populasi adalah kumpulan keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diamati. Populasi adalah wilayah generalisasi penelitian yang terdiri atas subyek atau obyek pengematan dengan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk mengmbil kesimpulan.
Menurut Nawawi (1990) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, nilai hasil, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki banyak karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.Dengan demikian maka populasi ini dapat diartikan sebagai obyek penelitian atau sarana untuk mengungkapkan sesuatu yang sedang dikaji.
Besar Sampel
Berdasarkan populasi dimana penulis meneliti yaitu di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon. Sehingga penulis dapat mengambil sampel dari mahasiswa yaitu dari tingkat pertama sampai dengan tingkat ketiga.
Dengan demikian dalam penelitian penulis memakai metode penelitian yang dikembangkan oleh Sasmoko, oleh karena jumlah populasi (N) terdapat dalam daftar tabel jumlah sampel.
Tehnik pengambilan sampel adalah simple random sampel adalah proses pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga semua orang dalam populasi mepunyai kesempatan dan kebebesan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Karena pengambilan anggota data diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. 
Tehnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan dan angket. Penulis menggunakan tehnik ini untuk mengungkapkan kondisi subyek.Selain itu menurut Singarimbun (1989) menyatakan bahwa pertayaan juga digunakan untuk mendapat informasi yang relevan dengan fasilitas dan rehabilitas setinggi mungkin
Oleh sebab itu penulis menggunakan pertayaan supaya mendapatkan hasil yang sesungguhnya dalam mendapatkan hasil yang sesuai kebutuhan penulis dan menghindari informasi biasa. Sedangkan metode angket ini juga memiliki satu angket yang mengukur variabel antara efektivitas disiplin bagi pembentukkan karakter Mahasiswa Di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon, dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu mengukurnya dalam bentuk bobot.
Namun dengan demikian untuk mendukung metode angket tersebut di atas penulis juga menggunakan metode wawancara tidak terukur yaitu wawancara bebas dan tidak menggunakan pedoman wawancara.
Pengembangan Instrumen Penelitian
Definisi Konseptual
Konsep mengenai efektivitas disiplin bagi pembentukkan karakter Mahasiswa Di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon dan, dimana terfokus kepada metode yang dipakai dalam menerapkan disiplin yang efektif sehingga disiplin itu dapat mewujutkan karakter mahasiswa yang baik.
Definisi Oprasional
Efektivitas Disiplin Bagi Pembentukkan Karakter MahasiswaDi Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon, fokus kepada metode yang dipakai staf  dalam penerapan disiplin yang efektif dan mahasiswa memiliki karakter yang baik digambarkan dalam dua variabel yaitu; (X) Efektivitas disiplin di sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon. Dan (Y) Pembentukkan karakter mahasiswa, yang ditandai dengan indikator-indikator yang akan di gambarkan dibawah ini.

E.     ANALISA DATA
Setelah menentukan instrumen dan mengumpulkan semua data angket atau kuiseioner, maka langkah selanjutnya adalah analisa data atau pengelolaan data yang akan dilakukan pada bab IV. Pengujian atau pengelolaan data ini akan dilakukan dengan memakai metode SPSS. Di dalam metode ini juga akan menggunakan metode deskriptif statistik yang sederhana dalam bentuk crosstabs dimana penelitian ini mencari presentasinya yang memadai dari efektivitas disiplin bagi pembentukkan karakter mahasiswa Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon.


Variabel Satu Disiplin
Tabel 4.1. Tanggapan Responden Terhadap Disiplin di BMW diterapkan dengan kasih
Disiplin di BMW diterapkan dengan kasih


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
TS
1
3.3
3.3
3.3
R
1
3.3
3.3
6.7
S
14
46.7
46.7
53.3
SS
14
46.7
46.7
100.0
Total
30
100.0
100.0


 Gambar 4.1. Peraturan di BMW diterapkan dengan kasih.
Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3 %) responden  tidak setuju ,1(3,3%) responden ragu-ragu, 14(46,7%) responden setuju, dan 14(46,7%) responden sangat setuju. Hasil 14(46,7%) responden memilih setuju disiplin di BMW diterapkan dengan kasih.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 14(46,7%) Mahasiswa memilih disiplin di BMW diterapkan dengan kasih.
Tabel 4.2. Tanggapan Responden Terhadap : Jika saya melanggar peraturan, saya ditegur dengan empat mata terlebih dahulu dan bukan memarahi didepan umum.
Jika saya melanggar peraturan, saya ditegur dengan empat mata terlebih dahulu dan bukan memarahi didepan umum


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
R
1
3.3
3.3
3.3
S
14
46.7
46.7
50.0
SS
15
50.0
50.0
100.0
Total
30
100.0
100.0

Gambar 4.2. Jika melanggar peraturan di tegur dengan empat mata.

Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3 %) Ragu-ragu 14(46,7%) responden  setuju, dan .  15(50,0%) responden memilih sangat  setuju. Dari hasil 15(50,0%) Mahasiswa sangat setuju jika melanggar peraturan dinasehati empat mata lebih dahulu dan bukan memarahi didepan umum.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 15(50,0 %) Mahasiswa memilihjika melanggar peraturan ditegur dengan empat mata terlebih dahulu dan bukan memarahi didepan umum.
Tabel 4.3. Peraturan di BMW jelas bagi saya sejak awal menjadi mahasiswa.
Peraturan di BMW jelas bagi saya sejak awal menjadi mahasiswa


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
S
19
63.3
63.3
63.3
SS
11
36.7
36.7
100.0
Total
30
100.0
100.0

Gambar 4.3. Peraturan di BMW.
Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 19(63,3%) responden setuju, 11(36,7%) responden sangat setuju,. Hasil 19(63,3%) Peraturan di BMW telah diketahui sejak awal menjadi Mahasiswa.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 19(63,3%) Mahasiswa menyatakan telah mengetahui jelas peraturan di BMW sejak awal masuk BMW.
Tabel 4.4. Tanggapan Respnden Terhadap: Pemimpin yang menerapkan disiplin yang telah menjadi teladan yang baik.

Pemimpin yang menerapkan disiplin telah menjadi teladan yang baik



Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
TS
1
3.3
3.3
3.3
R
6
20.0
20.0
23.3
S
14
46.7
46.7
70.0
SS
9
30.0
30.0
100.0
Total
30
100.0
100.0


Gambar 4.4. Pemimpin yang menerapkan disiplin.
Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, (3,3%) responden tidak setuju , 6(20,0%) responden ragu-ragu, 14(46,7%) responden setuju, dan  9(30,0%) responden sangat setuju,. Hasil 14(46,7%) Terhadap pemimpin yang menerapkan disiplin telah menjadi teladan yang baik.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 14(46,7%).Mahasiswa jika pemimpin yang menerapkan disiplin telah menjadi teladan yang baik.
Tabel 4.5. Tanggapan Responden Terhadap: Disiplin telah diterapkan dan berlaku secara adil.\


Disiplin telah diterapkan dan berlakun secara adil


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
TS
2
6.7
6.7
6.7
R
7
23.3
23.3
30.0
S
11
36.7
36.7
66.7
SS
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0

Gambar 4.5. Disiplin diterapkan secara kasih dan adil.
Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 2(6,7%) telah memilih tidak setuju, dan 7(23,3%) responden memilih ragu-ragu. Dari hasil 11(36,7%) Memilih setujuh, 10(33,3%) memilih sangat setuju, dari hasil 11(36,7%) disiplin telah diterapkan dan berlaku secara adil.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 11(36,7%), disiplin diterapakn dan berlaku secara adil.
Tabel 4.6. Tanggapan Responden Terhadap : Ketika melanggar peraturan saya dikonseling untuk mendapatkan bimbingan bagaimana memperbaiki diri.
Variabel Dua Karakter
Tabel 4.14. Disiplin di BMW membentuk karakter saya lebih baik.
Desiplin di BMW membentuk karakter saya lebih baik


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
R
1
3.3
3.3
3.3
S
11
36.7
36.7
40.0
SS
18
60.0
60.0
100.0
Total
30
100.0
100.0

Gambar 4.14. Disiplin di BMW membentuk karakter yang lebih baik.
Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3%) responden ragu-ragu, 11(36,7%) responden setuju, 18(60,0%) responden memilih sangat  setuju. Dari hasil 18(60,0%) memilih disiplin di BMW membentuk karakter lebih baik.
  Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 18(60,0%) Mahasiswa memilih bahwa disiplin di BMW membentuk karakter lebih baik.
Tabel 4.15. Terdorong untuk menaat setiap peraturan yang sudah ditetapkan.
Terdorong untuk mentaati setiap peraturan yng sudah ditetapkan


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
TS
1
3.3
3.3
3.3
R
1
3.3
3.3
6.7
S
15
50.0
50.0
56.7
SS
13
43.3
43.3
100.0
Total
30
100.0
100.0


Gambar 4.15. Menaati peraturan yang sudah ditetapkan.
Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3%) responden tidak setuju, 1(3,3%) responden  ragu-ragu,  15(50,0%) responden memilih setuju. 13(43,3) responden sangat setuju, Dari hasil 15(50,0%) Memilih untuk mentaati setiap peraturan yang sudah ditetapkan.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 15(50,0%) Mahasiswa terdorong untuk mentaati setiap peraturan yang sudah ditetapkan.
Table 4.16. Tanggapan Responden Terhadap : Membentuk saya lebih rendah hati.

Membentuk saya lebih rendah hati


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
S
10
33.3
33.3
33.3
SS
20
66.7
66.7
100.0
Total
30
100.0
100.0

Gambar 4.16. Karakter membentuk lebih rendah hati.
Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 10(33,3%) responden  setuju, 20(66,7%) responden memilih sangat  setuju. Dari hasil 20(66,7%)Memilih bahwa dapat membentuk karaker lebih rendah hati.
  Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 20(66,7%) Mahasiswa memilih mereka dapat membentuk karakter mereka lebih rendah hati.
Tabel 4.17. Tanggapan Responden Terhadap : Terdorong mentaati Firman Tuhan.





Terdorong untuk mentaati Firman Tuhan


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
STS
1
3.3
3.3
3.3
S
11
36.7
36.7
40.0
SS
18
60.0
60.0
100.0
Total
30
100.0
100.0

Gambar 4.17. Menaati Firman Tuhan.
Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3%) responden sangat tidak setujuh, 11(36,7%) responden setuju,18(60,0%) responden sangat setuju. Dari hasil 18(60,0%) terdorong untuk mentaati firman Tuhan.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan  18(60,0%) Mahasiswa memilih bahwa pembentukkan karakter di BMW mereka terdorong untuk mentaati firman Tuhan.
Tabel 4.18. Tanggapan Responden Terhadap : Memiliki pergaulan yang lebih baik.
Memiliki pergaulan yang lebih baik


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
S
11
36.7
36.7
36.7
SS
19
63.3
63.3
100.0
Total
30
100.0
100.0

Gambar 4.18. Memiliki pergaulan yang lebih baik.
Dalam analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 11(36,7%) responden  setuju, dan19(63,3%) responden memilih sangat  setuju. Dari hasil 19(63,3%) Mahasiswa  memilih bahwa mereka memiliki pergaulan yang lebih baik.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 19(63,3%) pembentukkan karakter di BMW memiliki pergaulan yang lebih baik.

F.     KESIMPULAN DAN SARAN
Contoh Kesimpulan
1.    Kesimpulan
Dalam bab penutup ini dikemukakan dua  bagian pokok  yaitu : Kesimpulan, dan Saran-saran.     
Setelah mengadakan pembahasan mengenai “Efektivitas Disiplin Bagi Pembentukkan Karakter Mahasiswa Di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon”. Dan telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab V ini penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1.    SA BMW Ambon adalah salah satu lembaga yang menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan serta membina para mahasiswa agar menjadi hamba-hamba Tuhan yang berkarakter terpuji. Oleh Karena itu SA BMW Ambon menerapkan peraturan-peraturan sebagai bagian dari proses pembentukan karakter mahasiswa. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa peraturan yang diterapkan sudah berjalan dengan baik dan sebagian besar membawa dampak yang positif dalam pelayanan maupun pembentukan karakter mahasiswa itu sendiri. Dalam pelayanan, mahasiswa sangat merasakan manfaat peraturan yang telah ditetapkan di SA BMW Ambon, mereka menjadi seorang yang disiplin waktu dan semangat di dalam pelayanan. Sedangkan dalam pembentukan karakter, mahasiswa menjadi taat, rendah hati, mampu mengendalikan diri, menjadi teladan dalam perkataan, dan berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok, judi, dan minum alkohol.
2.    Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa setuju dengan penerapan peraturan di SA BMW Ambon karena membawa perubahan dalam kehidupan mahasiswa. Mahasiswasangat merasakan dampak penerapan peraturan ketika merekaberada di luar kampus.Ketika ada peraturan-peraturan yang diterapkan di tempat pelayanan, mereka tidak sulit menjalankannya. Bahkan peraturan yang sudah mereka jalani di kampus mereka terapkan di tempat pelayanan, misalnya devotion, tepat waktu, dan melakukan semua pelayanan dengan sungguh-sungguh.

2.    Saran-Saran
Adapun saran-saran dibawah ini adalah :
Bagi Mahasiswa
Diharapkan kepada setiap mahasiswa agar mengubah paradigma yang salah tentang disiplin dan konsekuensi. Disiplin dan konsekuensi yang diterapkan bukanlah suatu hukuman, tetapi sebagai pembentukkan karakter, mendidik, melatih, dan mempersiapkan mereka menjadi hamba-hamba Tuhan yang dapat diandalkan, menjadi teladan yang baik, dan menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Disiplin atau peraturan adalah sesuatu yang baik dan merupakan bagian dari proses pembentukan karakter. Oleh karena itu mahasiswa harus mengikuti dan menaati setiap peraturan yang telah ditetapkan karena sangat bermanfaat dalam pembentukan karakter.

                                             Bagi Pemimpin Dan Staf        
Pemimpin dan staf adalah pelaksana segala kegiatan di SA BMW Ambon, maka pemimpin dan staf SA BMW perlu meningkatkan kerjasama yang baik, tegas dalam menerapkan peraturan, menjadi teladan yang baik bagi mahasiswa, adil atau tidak pandang bulu dan tidak sukuisme. Ketua dan Staf harus lebih bijaksana dalam mengambil keputusan-keputusan, memberikan solusi yang baik bagi mahasiswa yang bermasalah dengan cara menyelesaikan masalah tersebut dengan kasih, tidak berlaku otoriter atau menekan mahasiswa tetapi berjiwa gembala sebagaimana teladan yang telah diberikan oleh Guru Agung Tuhan Yesus Kristus.
Bagi Yayasan Misi Remaja Internasional
SA BMW Ambon berada di bawah naungan Yayasan Misi Remaja Internasional (YMRI), dan bekerjasama merekrut, melatih, membina, serta mendidik mahasiswa. YMRI sebagai penyelenggara SA BMW, perlu mengevaluasi isi Student Hand Book mahasiswa setiap tahunnya dengan itu YMRI mengadakan rapat bersama pemimpin  BMW. Sehingga apabila ada peraturan-peraturan yang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman dapat dievaluasi dan diadakan perbaikan-perbaikan seperlunya, sebaliknya jika ada peraturan-peraturan baru atau kebijakan-kebijakan dari pemimpin dan Staf yang berguna bagi pembentukan karakter mahasiswa dapat ditambahkan ke dalam Student Hand Book yang baru jika peraturan itu efektif bagi pembentukkan karakter mahasiswa.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Melalui penelitian ini diharapkan agar ada lagi yang melakukan penelitian dalam bidang yang lain agar lembaga SA BMW Ambon menjadi bermutu dan berkualitas sehingga dapat mendisiplinkan mahasiswa dengan efektif dan mebentuk karakter mereka dengan baik.
BIBLIOGRAFI

Contoh Penulisan Bibliografi

Baker, Philip.Sectres of super Achievers.Erlangga, 2004.
Carmazzi, Arthur F. and Rogers David M.The6 Dimensions of top Achievers.Jakrata : PT Gramedia Pustaka Utam, 2006.
Dodson, Fitzhugh.Mendisiplinkan Anak Dengan Kasih Sayang : BPK Gunung Mulia, 1991.
Dawn, Marva J. Truly the Communicity menjadi gereja menurut Roma 12 : PT. BPK Gunung Mulia, 2008.
Damazio, Frank. Karakter Yang Pemimpin Harus Miliki. Jakarta-Juli 2007.
Fountain,Daniel E.Mendidik Anak Menurut Jalan Tuhan : Cetakan Pertama-Desember 2002.
KKBI Edisi Ketiga.Departemen Pendidikan, Nasional. Jakarta :Balai Pustaka, 2002.
Kanisius.50 cara efektif menanamkan tingkah laku postif pada anak : Yogyakarta, 1999.
Kelompok Kerja Pendikan Agama KristenPAK.Bertumuh Dalam Kristus.Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009).
Liaw, Ponijan.Understanding Your Communication Styles.Jakarta:PT. Elex Media Komputindo, 2005.
Maxwell, John C.Seri Kepemimpinan Sejati. Iteraksara, 2002.
Oentoro, Jimmy B.The 7-40 Journey 7 Prinsip Yang Akan Mengubah Hidup Anda Dalam 40 Hari. JakartaPT. Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Rutland, Mark. Karakter Itu Penting. Light Publishing-April 2009.
Sutikno,Raja Bambang.The Power of empathy in leadeship. Jakarta :PT Gramedia pustaka utama, 2007.
Surbakti, E.B. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009.
Soehono, Agus.Hidup Yang Berkenan.Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1996
Saputra, Imelda.Be A Winner like Me.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2010.
Soedarson, Soemarno.Hasrat Untuk Berubah.Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005.
Santoso, Indar.Kamus Praktis Bahasa Indnesia : Surabaya : Pustaka II 2009.
Sasmoko.Metode Penelitian.Jakarta : UKI, FKIP 2004.
Sumanto.Pembahasan Terpadu Statistika Dan Metologi Riset. Yogyakarta : Penerbit  ANDI 2002.
Sasmoko.Metode Penelitian. Jakarta : UKI, FKIP 2004.
http://www.scribd.com/doc/37573558/9/pengertian -disiplin accessed 20 Januari 2013.

BAB III
ISTILAH SEBUTAN KUTIPAN BUKU YANG
DILAMPIRKAN DIFOOTNOOT

Takkala anda memakai beberapa referensi buku dalam pengkajian teoritis ada beberapa istilah sebutan kutipan buku  yang akan dilampirkan di footnote adalah sbb:
1. Ibid
Ibid adalah singkatan dari Ibedem yang berarti sama dengan diatas, maksudnya buku yang dikutip sama kutipan sebelumnya  dan halamannya yang berisi dua kutipan yang sama. Istilah Ibid selalu digunakan bila dua kutipan dari buku yang sama diambil/ditulis berturut-turut tanpa diantarai oleh kutipan lain (tidak disertai nama dan halaman)
2. Op. Cit.
Op. Cit.(Opera Citato) kutipan yang diambil adalah dari sumber yang sama dan pada halaman buku yang sama dengan kutipan yang terlebih dahulu, tetapi telah diantarai oleh kutipan dari buku/sumber lain. “Op. Cit.” tidak menuliskan nama dan halaman.
3. Loc. Citato

Loc. Cit. (Loco Citato) digunakan bila kutipan adalah dari buku yang sama dengan kutipan terlebih dahulu tetapi sudah diantarai oleh beberapa kutipan terdahulu. Penulis Loc Cit. Selalu didahului dengan nama pengarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar