METODE PENELITIAN
A. ARTI PENELITIAN DAN FUNGSI PENELITIAN
1.
Arti Penelitian
Penelitian
menurut paradigma postivis adalah : Suatu realitas/kenyataan dan apa yang benar
itu tunggal, Konkret. Istilah Penelitian atau Riset (research) adalah : terdiri
dari dua kata yaitu: re artinya
Awalan yang berarti lagi atau sekali lagi dan search artinya: kata kerja yang berarti memeriksa secara teliti dan
cermat menguji, mencoba atau menyelidiki.
Secara
etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris research (re berarti kembali,
dan search berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari kembali. Menurut kamus Webster’s New Internasional,
penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta
dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan
sesuatu. Hillway dalam bukunya Introduction to research mengemukakan bahwa
penelitian adalah suatu metode belajar yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga
diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. (Hillway, 1965). Menurut Grinnel kedua kata itu membentuk kata
benda yang berarti suatu penyelidikan yang cermat dan sistematis dalam suatu
bidang pengetahuan yang dilakukan untuk menetapkan fakta. Penelitian dalam bahasa Indonesia dijelaskan
sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyacian data yang
dilakukan secara sistematis dan obyektif dan memecahkan suatu persoalan.
Penelitian
adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara
teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan
menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan
usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah.
Beberapa pakar lain memberikan definisi
penelitian sebagai berikut :
1. David H Penny
Penelitian adalah
pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya
memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
2. J. Suprapto
Penelitian adalah
penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta
sistematis
3. Sutrisno Hadi
Sesuai
dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
4. Mohamat Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami
sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul
sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga
diperoleh pemecahannya.
5. The
New Horison Ladder Dictionary
Pengertian research ialah a careful study to discover correct information, yang artinya, suatu penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang benar.
Pengertian research ialah a careful study to discover correct information, yang artinya, suatu penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang benar.
Perbedaan
penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif
Aspek
|
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
1. Maksud
|
Membuat
deskripsi obyektif tentang fenomena terbatas dan menentukan apakah fenomena
dapat dikontrol melalui beberapa intervensi
|
Mengembangkan
pengertian tentang individu dan kejadian dengan memperhitungkan konteks yang
relevan
|
2. Tujuan
|
Menjelaskan,mengontrol,meramalkan
fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data numerik.
|
Memahami
fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak_pemahaman yang
mendalam.
|
Aspek
|
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
3. Pendekatan
|
Deduktif, bebas
nilai (obyektif), terfokus, dan berorientasi pada tujuan.
|
Induktif, berisi
nilai-nilai (subyektif), holistik, dan berorientasi pada proses.
|
4. Model
penjelasan
|
Penemuan fakta
sosial tidak berasal dari persepsi subyektif dan terpisah dari konteks.
|
Upaya
generalisasi tidak dikenal karena perilaku manusia selalu terikat konteks dan
harus diinterpretasikan kasus-perkasus.
|
5. Metode
|
Terstruktur,
formal, ditentukan terlebih dahulu, tidak luwes, dijabarkan secara rinci
terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan.
|
Historikal,
etnografis dan studi kasus.
|
Aspek
|
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
6. Pengukuran
|
Deduktif, bebas
nilai (obyektif), terfokus, dan berorientasi pada tujuan.
|
Induktif, berisi
nilai-nilai (subyektif), holistik, dan berorientasi pada proses.
|
7. Data
|
Random/acak:
dimaksudkan dalam sampel yang dianggap mewakili.
|
Naratif,
deskriptif, dalam kata-kata mereka yang diteliti, dokumen pribadi, catatan
lapangan, artifak, dokumen resmi, video.
|
8. Analisis data
|
Deduktif, secara
statistik. Terutama menghasilkan data numerik yang biasanya dianalisis secara
statistik. Data kasar terdiri dari bilangan dan analisis dilakukan pada akhir
penelitian.
|
Induktif,
model-model, teori, konsep, metode perbandingan tetap. Biasanya data
dianalisis secara deskriptif yang sebagian besar berasal dari wawancara dan
catatan pengamatan.
|
2.
Fungsi Penelitian
Menurut paradigma Positivis fungsi penelitian adalah untuk menyediakan prinsip-prinsip umum,
menetapkan fakta, meningkatkan pengetahuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang sebelumnya tidak terjawab serta menyediakan teori. Menurut Paradigma Post-Positivis adalah penelitian berfungsi menyediakan
kebenaran yang tepat. Fungsi penelitian
menurut paradigma iman Alkitabiah
adalah : berfungsi untuk menyediakan kebenaran, dan bukan saja kebenaran
yang dapat diperoleh melalui penelitian dengan paradigma positivis, melainkan juga
mencakup kebenaran yang diwahyukan. Dalam
bahasa keagamaan, penelitian itu dilakukan untuk kepentingan pelayanan untuk melayani Allah
dan manusia. Pelayanan kepada Allah
dinamakan kesaksian dan pelayanan kepada manusia dinamakan pemberitaan dengan
kata-kata dan perbuatan. Oleh sebab itu penelitian adalah sesuatu yang
realitas, fakta, sistematis, hati-hati, logika dan fungsinya untuk mencari
kebenaran dan bukan manipulatif data
yang ditemukan.
B. KARANGAN UNTUK ILMIAH
Ciri-ciri karangan ilmiah
yang dapat dipakai dalam pengaturan penulisan
sbb :
1.
Isi
karangan ilmiah, ini tidak lebih dan tidak kurang dari penyampaian tujuan dan
laporan penelitian yang dikerjakan.
2.
Gaya
menulis ilmiah, menulis karangan ilmiah bukan karangan kesusastraan.
perlu disadari bahwa tugas membuat karya
ilmiah adalah untuk melaporkan hasil
penelitian merupakan suatu teknik dan bukan seni, menulis karya ilmiah dalam
bahasa yang baik.
Karangan kita harus
mengandung tiga unsur yaitu : logika ilmu yang tepat, bahasa yang jelas dan
tepat, gaya yang khusus diminta oleh jurnal yang akan kita kirimkan karangan
tersebut.
§
Pada Umumnya Pembagian Karangan Ilmiah yang dikehendaki oleh editor
jurnal sbb :
§
Judul
§
Pendahuluan ( mengapa anda lakukan)
§
Bahan dan Metode (Apa yang anda lakukan)
§
Hasil ( Apa yang anda temukan)
§
Pembahasan (Apa artinya)
§
Ucapan terimakasih
§
Daftar pustaka
§
Ringkasan
Urutan biasanya seperti yang
tercantum di atas kecuali pada ringkasan
yang dapat ditempatkan diawal atau diakhir karangan. Bukan berarti anda menulis
karangan menurut urutan tersebut, yang penting adalah anda dapat mulai
menulis dari mana saja kecuali pendahuluan
harus terletak didepan. Setelah itu tak ada urutan yang berlaku, karena urutan pada
daftar pertama tergantung pada data yang anda miliki dan bagaimana anda
memperlakunya.
§
Pembahasan tiap-tiap bagian yang dipaparkan berikut ini berdasarkan
urutan yang umumnya dianut jurnal
1. Judul
Tujuan utama menulis
karangan ialah agar karangan dibaca.
Dalam memberikan judul harus memberikan fakta. Judul hanya memberi daya tarik untuk membaca karangan tersebut. Alangkah menjengkelkan jika membaca suatu
karangan yang judulnya menyatakan sesuatu yang mengisyaratkan suatu pengaruh
padahal akhirnya diketahui bahwa
pengaruhnya tidak ada sama sekali.
2. Pendahuluan
Maksud dari karangan ilmiah
adalah mengkomunikasikan informasi ilmiah yang baru kepada ilmuan lain.
Pendahuluan suatu kesempatan untuk
memberi gambaran yang jelas mengenai pemikiran ilmiah. Pendahuluan adalah suatu bagian untuk mencantumkan sedikit gambaran
tentang apa yang akan diharapkan yakni adanya suatu permasalahan yang terfokus
pada isu sentral dari apa yang akan dibahas. Apabila pendahuluan telah berfungsi sebagai mana mestinya, pembaca tidak
akan menjadi penerima yang pasif, sebaiknya menjadi pencari informasi yang
bersemangat.
3. Bahan dan Metode.
Bahan dan metode ialah
bagian yang paling gambalang untuk ditulis tetapi bisa menjadi kabur apabila
menceritakan terlalu banyak rincian. Ketrampilah menulis bahan dan metode yang
baik ialah jika kita mengetahui apa yang tidak perlu dicantumkan. Pertimbangkan
mana yang perlu dijelaskan (diuraikan)
dan apa yang tidak perlu dicantumkan tanpa mengurangi arti karangan.
Kriteria
penulisan bahan dan metode yang baik ialah jika peneliti dapat mengulangi
percobaan setelah membaca uraian tersebut. Cara terbaik untuk memeriksanya
ialah dengan menanyakan dengan rekan penliti apakah tulisan kita telah
memenuhi kriteria.
4. Hasil
Bagian
hasil bertujuan untuk mengemukakan hasil penelitian. Hasil penelitian tidak
seharusnya muncul tiba-tiba pada pembahasan, apalagi dibagian ringkasan. Hasil yang dimaksud dalam bagian ini ialah
menyajikan hasil dengan jelas tanpa komentar atau ulasan.
5. Pembahasan
Suatu sumber atau karangan yang akan dituliskan
berdasarkan judul karangan tersebut
6. Ucapan Terimakasih
Yang
dimaksud ucapan terimakasih adalah ucapan terimakasih atas bantuan teknis dan
saran yang berharga yang anda terima dari pihak lain harus dilakukan dengan
sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
7. Daftar Pustaka
Suatu
sumber dari karangan Ilmiah tersebut.
8. Ringkasan
Ringkasan dapat ditempatkan
diawal atau akhir karangan bergantung pada persyratan jurnal, dan biasanya
merupakan bagian pertama dicari oleh pembaca setelah ia tertarik dengan judul. Ringkasan merupakan hal yang mengesankan sekalipun biasanya bagian ini ditulis
terakhir. Dibaca atau tidaknya seluruh
karangan tergantung kesan yang diperolehnya setelah membaca ringkasannya. Ringkasan
suatu karangan ilmiah harus menyajikan informasi dan harus berdasarkan fakta.
Ringkasan yang pendek sering dikutip secara langsung oleh pelayanan abstrak .
Tetapi apabila ringkasan terlalu panjang pelayanan abstrak mungkin akan
memendekkannya tanpa mengacuh pada permasalahan.
Tujuan dari ringkasan adalah
untuk merangsang pembaca meluangkan waktunya membaca suatu karangan dan jangan
alihkan perhatiannya kepada yang remeh. Dalam penelitian yang paling dasar ,
melakukan penelitian ialah: melakukan tindakan-tindakan untuk menjawab
pertanyaan atau memecahkan masalah.
C. ANCANGAN DAN RANCANGAN PENELITIAN
Dalam penelitian yang paling
dasar , melakukan penelitian ialah: melakukan tindakan-tindakan untuk menjawab
pertanyaan atau memecahkan masalah. Sesuai
dengan paradigma penelitian pada dasarnya ada dua ancangan penelitian yang
dapat dipilih yaitu ancangan postivis
(Kuantitatif) dan ancangan Naturalis
(Kualitatif).
§
Ancangan Positivis (kuantitatif)
Ancangan
Positivis Riset adalah menyelidiki
dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu dengan prosedur langkah demi langkah
dalam memecahkan masalah atas dasar empiris/pengamatan.
Unsur-unsur utamanya adalah sbb:
1.
Memulai
dengan merasakan adanya kesulitan atau kerumitan.
2.
Menerjemahkan
kerumitan itu ke dalam sebuah pernyataan.
3.
Mengupulkan
informasi (apa yang telah diketahui).
4.
Membuat
hipotesis yaitu penyelesaian sementara yang terbaik.
5.
Mentapkan
kelompok sasaran (populasi).
6.
Menarik
satu atau lebih sampel yang diperlukan (jika memakai sampel).
7.
Mengupulkan
data.
8.
Menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
9.
Menafsirkan
hasilnya.
Ciri-ciri penyelidikan yang dapat disebut riset, menurut ancangan positivis sbb:
1.
Riset
dimulai dari pertanyaan mengapa, apa
penyebabnya, apa arti semuanya itu, yang ada dalam pikiran periset
ketika dihadapkan pada fakta yang rumit.
2.
Periset
memerlukan penetapan sebuah masalah yang dapat dinyatakan secara jelas, dan
dimulai dengan pertanyaan yang jelas dan sederhana mengenai masalah yang
diupayakan penyelesaiannya oleh periset.
3.
Riset
memerlukan sebuah rencana, karena periset tidak bisa berharap menemukan fakta
yang diperlukan atau kebenaran yang dicari secara kebetulan.
4.
Riset
menangani masalah utama melalui masalah-masalah yang lebih kecil.
5.
Arah
peneliti diperoleh melalui hipotesis
yang sesuai dan didasarkan pada asumsi atau anggapan yang jelas. Hipotesis
adalah dugaan yang masuk akal dan memberi arah pada pikiran pada periset
mengenai suatu masalah yang bisa membantu pemecahan masalah tersebut.
6. Riset berkaitan dengan
fakta dan artinya
7. Riset berjalan melingkar
maksudnya adalah riset dimulai dari pemikiran yang bertanya- tanya dalam menghadapi masalah.
Metode-metode
yang termasuk dalam ancangan postivis, dalam batas-batas tersebut dapat
dipergunakan dalam penelitian teologi dan keagamaan. Metode kuantitatif dapat
diterapkan dalam penelitian gerejawi (Sumanto, 2996) mengatakan bila teologi
mengikuti metode ilmiah secara ketat atau istilah penelitian dipakai dalam arti
yang lebih luas dalam teologi.
Oleh
sebab itu penelitian teologi dan keagamaan dapat mempertimbangkan ancangan yang
lain yaitu ancangan naturalis.
§
Ancangan Naturalis (Kualitatif)
Ciri-ciri penelitian
naturalis sbb :
1.
Lebih
utama proses penemuan data
2.
Lebih
peka terhadap masalah ekologis
3.
Lebih
memusatkan perhatian pada fungsi dan
adaptasi dari pada memusatkan perhatian kuantitatif
4.
Lebih
menekankan penjelasan simpulan kualitatif daripada kuantitatif.
§
Proses penelitian kualitatif menurut Denzin, Lincoln, Jenisick, dan Mores
diringkaskan sbb:
1.
Riset
kualitatif dimualai dengan tahap refleksi yaitu peneliti menentukan topik atau
permasalahan.
2.
Tahap
perencanaan yang mencakup pemilihan lokasi
3.
Tahap
pembukaan yaitu memasuki tempat penelitian, hal ini Jansick mengatakan ini adalah suatu tahap “pemanasan”
4.
Tahap
pengumpulan data yang produktif. Jenisick menyebutkan tahap ini adalah tahap
“kiprah/awal”
5.
Tahap
penarikan diri dari lapangan penelitian. Jenisick mengatakan tahap ini adalah
tahap “pendinginan”
Jika sudah selesai
penelitian maka peneliti sudah bisa memulai menulis dari hasil/data yang sudah
diteliti.
D. PENELITIAN EKSPERIMENTAL
Penelitian eksperimental
adalah penelitian dengan menentukan variabel
baik variabel bebas maupun variabel terikat dll. Setelah peneliti sudah
menentukan judul maka tentukan Variabel yang akan diteliti.
Tentang Variabel. Setiap
peneliti selalu memiliki variabel, baik itu penelitian kualitatif maupun
kuantitatif. Jika peneliti tidak merasa memiliki variabel, maka peneliti pada
saat itu sedang bingung. Minimal yang harus dimiliki peneliti adalah variabel
terikat atau variabel utama peneliti.
Variabel adalah konsep yang
diberi lebih dari satu nilai. Variabel dapat didefenisikan sebagai atribut dari
seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu objek dengan objek yang lain. Seperti tinggi badan, berat badan, motivasi kerja, gaya kepemimpinan,
disiplin kerja, etos kerja, ini merupakan atribut-atribut dari setiap orang.
Jadi disebut variabel karena ada variasinya.
Contoh Variabel.
Tinggi
badan disebut variabel, karena tinggi badan sekelompok orang itu bervariasi
antara satu orang dengan yang lain. Variabel
juga adalah konsep yang mengandung ciri khas yang dapat diukur atau dapat
menujukkan suatu derajat.
Contoh
: “Sifat ke Wanitaan” disebut variabel karena mempunyai arah pengukuran
nominal atau rasio. Berdasarkian pengertian
diatas, variabel dapat dirumuskan sebagai suatu atribut atau sifat atau
aspek dari orang atau objek yang
mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari,
dipahami, dan ditarik kesimpulan.
Jadi, dalam penelitian
baik kuantitatif maupun kualitaif harus menentukan variabel peneliti sebab
tanpa variabel maka peneliti dalam kebingungan karena tidak tau pokok
permasalahan yang akan diteliti seharusnya.
·
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara, deduksi teori dll.
Hipotesis
disebut jawaban sementara karena lahirnya hipotesis dilakukan setelah peneliti melakukan kajian teori
secara mendalam dan kemudian dengan inspirasi teori-teori tersebut kemudian menyusun kerangka-kerangka berpikir.
Kerangka berpikir tersebut tidak dapat mengutip buku-buku atau teori tetapi
harus orsinil pemikiran peneliti. Untuk
posisi hipotesis tidak dibagian latar belakang masalah, tetapi setelah kajian
teoritis dan kerangka berpikir. Untuk teori berfungsi untuk membekali atau
mengarahkan atau melandasi penelitian ke lapangan peneliti. Hipotesis dapat
dirumuskan secara tepat suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk
memecahkan masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala.
Contoh
1.
Perumusan
masalah : bagaimana pengaruh latihan
pra-sekolah terhadap hasil belajar anak-anak kelas satu yang mengalami
hambatan kultural itu?
2.
Hipotesis
: anak-anak yang mengalami hambatan kultural dan telah menerima latihan
pra-sekolah, akan memperoleh angka lebih tinggi di kelas satu dibanding
anak-anak yang mengalami hambatan kultural tetapi tidak menerima latihan
pra-sekolah.
Jadi contoh diatas, dapat
dilihat bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan yang menghubungkan dua variabel
yaitu variabel pra-sekolah dan variabel hasil belajar dikelas satu
§
Kegunaan hipotesis
Hipotesis memberikan jawaban
penjelasan sementara gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam
suatu bidang. Peneliti memang dimulai dari
suatu pertanyaan, tetapi hanya hubungan antara variabel sajaah yang dapat
diuji.
1.
Peneliti
tidak akan menguji rumusan masalah
Contoh.
Apakah komentar guru
terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan hasil murid secara nyata?
2. Peneliti dapat menguji
hipotesis yang berbunyi :
Komentar guru terhadap hasil
pekerjaan murid menyebabkan meningkatnya hasil beajar atau lebih spesifik lagi adalah skor hasil
belajar siswa yang menerima komentar guru atas pekerjaan mereka akan lebih
tinggi dibanding skor siswa yang tidak menerima komentar atas pekerjaan mereka.
Ciri-ciri hipotesis yang baik
1.
Hipotesis
mempunyai daya penjelasan
Hipotesis harus merupakan penjelasan mengenai apa yang
seharusnya diterangkan dengan jelas dan
penting.
Contoh
Menstater
mesin mobil, ternyata mesinnya tidak mau hidup? Penarikan hipotesis yang salah
adalah yang menyatakan bahwa mesin mobil tidak mau hidup karena membiarkan air
di kamar mandi mengalir keselokan. inilah merupakan hipotesis yang tidak tepat. Tetapi hipotesis yang benar adalah yang
menyatakan bahwa aki mobil mati dan hal ini suatu penjelasan yang tepat dan
dapat dikaji kenapa aki mobil mati.
2. Hipotesis harus
menyatakan hubungan yang diharapkan ada pada variabel-variabel.
Contoh
Mesin
mobil tidak akan hidup dan mesin mobil ini mempunyai jaringan karena kabel
tidak ada hubungan antara variabel-variabel yang disebutkan, akibatnya tidak
ada hubungan yang perlu dikaji. Hipotesis
yang baik akan berbunyi “mesin mobil tidak mau hidup karena ada ketidakberesan
pada jaringan kabelnya.
3. Hipotesis harus dapat diuji.
Sifat
terpenting hipotesis yang baik adalah kemampuannya untuk diuji artinya
kesimpulan dan perkiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa
sehingga dapat dilakukan pengamatan akan mendukung.
4. Hipotesis hendaknya
konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada
Hipotesis hendaknya tidak
bertentangan dari teori dan hukum-hukum yang sebelumya sudah mampan. Contoh hipotesis yang bertentangan adalah
“mobil saya tidak mau hidup karena air akinya berubah menjadi emas
5. Hipotesis dinyatakan
secara sederhana dan seringkas atau spesifik mungkin
Menyatakan hipotesis secara
sederhana bukan saja memudahkan
pengujian hipotesis , melainkan juga dapat mejadi dasar bagi penyusunan laporan
yang jelas dan mudah dimengerti. Jadi bisa kita simpulkan bahwa hipotesis
adalah memberi jawaban untuk sementara dan memberikan jawaban yang orsinil
tidak bertentangan dengan teori atau variabel yang akan diteliti. Hipotesis juga dapat mengantar si peneliti
untuk memecahakan suatu permasalahan.
Penelitian
kuantitatif dan bukan eksperimental mengarah pada penelitian survei. Penelitian survei sangat populer dimana peneliti bisa mencari data-data
melalui berbagai media.
Batasan dan alat
pengumpulan data, menurut Singarimbun (1991:3). Survei ialah penelitian yang sampelnya diambil dari satu populasi dengan
kuesioner sebagai pengumpul data yang pokok. Sampel adalah suatu bagaian yang
diamati atau bagian dari populasi yang
diteliti.
Contoh
Para
siswa SMA teladan di Malang menjadi sampel bagi anak-anak remaja indonesia. Meskipun pada defenisi tersebut dinyatakan
kuesioner adalah pengumpulan data yang pokok, tetapi survei bisa juga memakai
pengumpulan data yang lain,seperti wawancara, dan pemeriksaan catatan/berkas. Untuk
membuat kuesioner dengan pilihan ganda, informasi sudah dikuantifikasikan
ketika dikumpulkan. Pada kuesioner pada pertanyaan terbuka, dan informasi yang
diperoleh harus diberi lambang bilangan sehinga dapat dianalisis dan dilaporkan
secara kuantitatif. (Brog & Gal 1989:418).
Maksud Survei, dalam penelitian survei ada yang berpendapat bahwa survei
itu terbatas pada deskripsi. Tetapi
menurut Singarimbun 1989:4-6) mengatakan survei jauh lebih luas dari pada
sekedar menggunakan kuesioner untuk menggambarkan sesuatu itu apa adanya. Survei dapat digunakan untuk penjagaan,
penggambaran, penjelasan, penilaian prakiraan, penelitian dapat mengatasi
hambatan operasional suatu program.
Maksud
penjagaan riset survei adalah salah satu penelitian deskriptif. Penelitian
semacam itu mencoba menjawab pertanyaan caranya adalah dengan mengumpulkan data
dari kelompok-kelompok tertentu kemudian menganalisisnya untuk menghasilkan
pernyataan mengenai kelompok-kelompok tersebut.
Langkah-Langkah Riset
Survei
Menurut Brog & Gall (1989:423),
langkah-langkah survei adalah sbb:
1.
Menetapkan
tujuan.
Peneliti
harus menetapkan masalah dan mendaftarkan tujuan khusus yang akan dicapai atau
hipotesis yang akan diujui dengan kuesioner.
2. Memilih sampel.
Peneliti harus memiliki
target populasi yang akan diambil sebagai sampel.
3. Menulis unsur-unsur
kuesioner.
Peneliti
mengembangkan kueisioner sedemikian rupa sehingga dapat mengukur aspek tertentu
dari salah satu tujuan atau hipotesisnya. Sipeneliti harus dapat menjelaskan secara terperinci mengapa ia
mengajukan sebuah pertanyaan dan bagaimana ia menganalisis jawaban. Peneliti juga perlu membingkai pertanyaan
dalam bahasa yang dimengerti oleh subjek penelitian, oleh sebab itu target
populasi perlu ditetapkan dahulu.
4. Menyusun kuesioner.
Kuesioner
harus dibentuk sedemikian rupa sehingga menarik dan mudah dijawab. Untuk itu kertas dan tata letak harus baik,
unsur-unsur dan halaman kuesioner harus diberi nomor. Mulai dengan pertanyaan yang menarik dan bukan untuk menakutkan.
5. Menguji coba kuesioner.
Walaupun peneliti sudah
berharti-hati dalam menjaga penjelasan kuesionernya, kuesioner itu perlu diuji
coba sebelum benar-benar dipakai dalam penelitian. Salah satu caranya adalah dengan meminta orang lain dengan menyatakan
dengan kata-katanya sendiri arti dari setiap unsur dalam kuesioner tersebut.
Dari hal tersebut dapat dilihat apakah pertanyaan kuesioner perlu diperbaiki
atau perlu diuji coba lagi.
6. Mempersiapkan surat
pengantar.
Surat
tersebut sangat menentukan banyaknya kuesioner yang kembaali. Surat itu
hendaknya singkat tetapi menyampaikan keterangan dan kesan yang penting. Surat
itu juga menyampaikan pentingnya mengisi kuesioner dan tujuannya.
7. Mengirim kuesioner dan
menindaklanjutinya.
Surat
tindakanlanjut perlu dikirim beberapa hari setelah batas akhir pengambilan
kuesioner. Bisa juga menindaklanjutinya melalui telepon.
8. Menganalisis hasil.
Memahami
hasil penelitian atau kuisoner yang telah di bagikan dan diisi oleh reponden.
9. Melaporkan penelitian.
Prof.Dr. Sasmoko,
menuliskan salah satunya teknik pengumpulan data adalah sbb :
A. Intervieuw (wawancara)
Wawancara
adalah metode pengumpulan data yang telah mampan dan memiliki sifat yang unik.
Pewawancara dapat memperitmbangkan jenis atau siapa orang yang harus
diwawancarai serta menentukan sistuasi
yang tidak terdapat teknik pengumpulan data yang lain seperti kuesioner.
Teknik Intervieuw
(wawancara) ada 2 metode yaitu:
a.
Wawancara
terstruktur
Wawancara terstruktur
digunakan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang
akan dicari. Oleh karena itu peneliti telah menyediakan pertanyaan-pertanyaan
tertulis dengan alternatif jawabannya
yang disebut sebagi pedoman wawancara setiap responden mendapat petanyaan yang
sama, yang dicatat oleh pewawancara. Pewawancara
dapat juga dilakukan dengan alat perekam
untuk memper lancara wawancara.
Contoh wawancara terstruktur
sbb:
MASALAH
: Tanggapan masyarakat terhadap produk Teh Kuning
1.
Bagaimana
rasanya ?
a.
Sangat
enak
b.
Enak
c.
Tidak
enak
d.
Sangat
tidak enak
2. Bagaimana aromanya ?
a.
Sangat
sesuai selera
b.
Sesuai
selera
c.
Tidak
sesuai
d.
Sangat
tidak sesuai/mengganggu. Dll.
b. Wawancara tak terstruktur
Wawancara
tak terstruktur adalah wawancara bebas,
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis dengan
lengkap alternatif jawabannya.
Contoh
wawancara tak terstruktur
MASALAH : tanggapan
masyarakat terhadap Kopi cap Kapal Diesel.
-
Waktu
wawancara : sore hari
-
Aspek
podoman wawancara dan contoh pertanyaan pembuka responden:
1.
Rasa
- Sore-sore begini enak kalau kita minum kopi
dan ditemanai dengan singkong.
-
Minum
kopinya apa pak?
-
Pernah
tidak minum kopi cap diesel?
-
Menurut
bapak, Rasanya seperti apa kopi tersebut? Enak?
-
Kalau
saya kok enak kopi buatan sendiri ya? (pemancing faforit)
-
Bagaimana
menurut bapak?
2. Aroma
-
Kalau
aromanya bagaimana pak?
-
Sepertinya
bau daun the terasa sekali ya?.
B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner berstrutur dan Kuesioner tak
berstruktur. Kuesioner berstruktur ,
berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sedangkan kuesioner tak berstruktur , tidak
menyertakan jawaban yang diharapkan atau membuka satu alternatif yang diisi
oleh responden.
Kuesioner jenis ini
mempunyai kelemahan, yaitu memaksa subyek memilih dari salah satu pilihan
jawaban yang telah ditetapkan terlebih dahulu bagi pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin subyek merasa tidak mempunyai jawaban yang jelas atau memaksanya
alternatif-alternatif yang tidak benar-benar mencerminkan sikap mereka.
Sebaliknya
kuesioner tak berstruktur mempunyai kelebihan yakni memberi responden kebebasan
untuk mengungkapkan pendapat dan sikap mereka. Kelemahan kuesioner tak berstruktur adalah bahwa informasi yang
dihasilkan sulit untuk diperoses dan
dianalisis. Dalam menjawab kuesioner tak
berstruktur , subyek mungkin akan melewatkan hal-hal yang penting atau
menekankan hal-hal yang tidak menarik perhatian peneliti atau yang tidak penting
bagi penelitian tersebut.
Karena alasan-alasan
inilah maka kebanyakan peneliti menghindari penggunaan kuesioner tak
berstruktur dan lebih senang memakai jenis berstruktur. Kelemahan kuesioner berstruktur adalah bisa terjadi salah tafsir
responden terhadap pertanyaan tersebut.
Cara menyusun kuesioner menurut Prof. Dr.
Sasmoko, menyusun kuesioner merupakan seni dan tugas yang “gampang-gampang sukar “
dan memakan banyak waktu, tenaga dan intuisi.
Saran –saran untuk menyusun
kuesioner sbb:
1.
Susun instrumen atau pengumpulan data
sedemikian rupa sehingga mencerminkan mutu yang baik.
2.
Dalam
menyusun pertanyaan atau pernyataan, hendaklah berpedoman pada indikator pada
variabel.
3.
Usahakan
kalimat sesingkat mungkin. Kuesioner sesingkat mempunyai peluang yang lebih
besar untuk di isi dan dikembalikan oleh responden.
4.
Susun
kalimat sehingga dapat dipahami oleh setiap responden.
5.
Susunan kalimat tidak boleh mempengaruhi
responden ke arah tertentu. Kata yang menyangkut gengsi, yang penuh dengan
emosi hendaknya dihindari.
6.
Pertanyaan
hendaknya tidak menyesatkan, karena ada asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan.
7.
Hindari
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa curiga atau permusuhan
dipihak responden.
8.
Aturlah
pertanyaan menurut urutan psikologis yang benar.
9.
Susunlah
pertanyaan sehingga jawaban dapat langsung ditafsirkan.
10. Apabila kuesioner belum
dikembalikan sesudah pengiriman pertama, peneliti dapat mengingatkan melalui
berbagai alat komunikasi.
Sesudah
itu, bila kuesioner belum dikembalikan juga, peneliti sebaiknya mengirimkan
lagi kuesioner baru yang disertai dengan surat, pengantar baru. Oleh karena itu dalam penyusunan kuesioner
perlu hati-hati.
Contoh kuiesioner
KUIESIONER
Disiplin
Yang Eefektif Dan Karakter Yang Baik
A.
Identitas responden
Nama :........................................................................
Tingkat :........................................................................
Jenis Kelamain :........................................................................
Usia :........................................................................
B.
Petunjuk pengisian
1.
Bacalah semua pertanyaan dengan seksama sebelum
memberikan pilihan jawaban yang baik dan benar.
2.
Berikan tanda silang (V) pada kolom jawaban yang
dipilih.
3.
Periksalah angket ini sekali lagi sebelum dikembalikan
agar tidak ada pertanyaan yang terlewatkan.
C. Keterangan: STS: Sangat tidak setuju (Nilai
1) , TS: Tidak setuju (Nilai 2), R: ragu-ragu (Nilai 3), S: Setuju (Nilai 4),
SS: Sangat setuju (Nilai 5).
NO
|
Pertanyaan
|
STS
|
TS
|
RR
|
S
|
SS
|
1
|
Disiplin di
BMW diterapkan dengan kasih.
|
|||||
2
|
Jika saya
melanggar peraturan,
saya ditegur dengan empat mata terlebih
dahulu dan bukan memarahi
didepan umum
|
|||||
3
|
Peraturan di BMW jelas bagi saya sejak awal
menjadi mahasiswa.
|
|||||
4
|
pemimpin yang menerapkan disiplin telah menjadi
tela dan yang baik
|
|||||
5
|
Disiplin telah diterapkan dan berlaku secara adil.
|
|||||
6
|
Ketika melanggar peraturan saya dikonseling untuk
mendapat bimbingan bagaimana memperbaiki diri.
|
|||||
7
|
Disiplin di BMW bertujuan merubah sikap saya
menjadi lebih baik, dan bukan untuk menghukum.
|
|||||
8
|
Dalam melaksanakan disiplin di BMW tidak
menggunakan kekerasan.
|
|||||
9
|
Hubungan staf dengan mahasiswa akrab.
|
|||||
10
|
Pemimpin dan staf telah mendengar dengan empati.
|
|||||
11
|
Disiplin diterapkan dengan konsisten dan dengan
penuh tanggungjawab.
|
|||||
12
|
Keputusan disiplin telah melalui proses yang
benar.
|
|||||
13
|
Dalam pemberian tindak disiplin, mahasiswa di beri
kesempatan untuk bicara.
|
|||||
14
|
Disiplin di BMW membentuk karakter saya lebih baik
|
|||||
15
|
Terdorong untuk mentaati setiap peraturan yang sudah
ditetapkan
|
|||||
16
|
Membentuk saya lebih rendah hati.
|
|||||
17
|
Terdorong untuk mentaati firman Tuhan
|
|||||
18
|
Memiliki pergaulan yang lebih baik
|
|||||
19
|
Lebih rajin berdoa dan beribadah
|
|||||
20
|
Lebih matang dalam menyelesaikan masalah
|
|||||
21
|
Membentuk saya lebih lemah-lembut dan tidak kasar
|
|||||
22
|
Lebih dewasa dan bertanggung-jawab
|
|||||
23
|
Membimbing saya untuk meninggalkan hidup
lama/kedagingan
|
|||||
24
|
Menghargai dan mengunakan waktu dengan baik
|
|||||
25
|
Lebih menghargai/menghormati pemimpin
|
|||||
26
|
Memberi pengharapan bahwa saya akan berhasil dalam
karir dan pelayanan di masa yang akan datang.
|
C. Observasi
Observasi
mempunyai ciri yang khusus jika dibandingkan dengan wawancara dan kuesioner.
Jika wawancara selalu berkomunikasi dengan responden maka observasi tidak
terbatas pada orang.
Jenis-jenis observasi sbb :
1.
Observasi berperanserta adalah melibatkan peneliti
dalam kehidupan sehari-hari orang yang sedang diamati atau data.
2.
Observasi
non partisipan adalah tidak terlibatnya peneliti secara langsung dan hanya
sebagai pengamat independent.
3.
Observasi
terstruktur adalah observasi yang telah dirancang tentang sisitematis tentang
apa yang akan diamati dan dimana tempatnya.
4.
Observasi
tak terstruktur adalah observasi yang tidak disiapkan secara sistematis tentang
apa yang diobservasi.
Jadi observasi adalah suatu
pengamatan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari dan sistematis.
E. Penelitian
Kualitatif Dan Bukan Eksperimental
Penelitian dengan metode
kualitatif bukan eksperimental mengarah pada penelitian Studi kasus,
Hermenutik, Riset teolgi biblika.
A.
Studi
Kasus
Dalam penelitian studi kasus, peneliti menyelediki
sesuatu yang ada atau gejala (kasus), yang diikat oleh waktu dan kegiatan. Studi kasus adalah peneliti empiris yang
menyelidiki gejala di dalam konteksnya, yaitu di dalam kehidupan nyata,
khususnya ketika garis batas antara gejala dan konteks tidak jelas. Dalam
penelitian kasus Yin mengajurkan agar
studi kasus dianggap sebagai metode tanpa mengimplikasikan bentuk pengumpulan
data baik kuantitaif maupun kualitatif maka, Yin memberi pendapat bahwa riset studi kasus dikelompokkan di bawah riset
kualitatif. Menurut Yin Secara umum
studi kasus adalah strategi yang lebih baik jika dipakai untuk jenis pertanyaan
“bagaimana” atau “mengapa” Tetapi
peneliti memiliki pengendalian dalam meneliti suatu gejala yang terjadi dan
berpusat pada konteks sebenranya.
Pembagian studi kasus menurut
stake (Denzin dan Lincoln 1994:237) adalah sbb:
1.
Studi
kasus instrinsik adalah studi yang dilakukan karena kasus tertentu ingin
dimengerti lebih baik.
2.
Studi
kasus instrumental adalah studi yang dilakukan pada sebuah kasus karena kasus
tersebut menyediakan penjelasan masalah
atau perbaikan teori.
3.
Studi
kasus kolektif adalah studi kasus instrumental yang diperluas kebebrapa kasus
untuk mendapatkan pengertian dan teori yang lebih baik.
Unsur-unsur penting dalam
rancangan penelitian dengan metode studi kasus adalah sbb:
1.
Pertanyaan penelitian. Rancangan studi kasus
lebih cocok untuk penelitian dengan pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”.
2.
Proposis-proposis
akan mencerminkan pokok permasalahan teoritis dan akan menujukkan apa yang
diteliti atau dimana penliti mencari bukti-bukti yang cocok.
3.
Unit
analisis adalah dalam penelitian studi kasus menentukan apa yang menjadi kasus
atau gejala dan memberikan pertanyaan sesuai penelitian.
4.
Pengaitan
data yang logis dan proposis-proposisnya. Pengaitan data dengan proposisnya
misalnya, dengan cara pencarian dan pencocokan pola yang ada dalam data.
5.
Kriteria
untuk mengaitkan penemuan penelitian yaitu menentukan seberapa dekat kecocokan
pola dan dapat dikatakan cocok.
Jadi riset studi kasus
adalah peneyeledikan kasus atau gejala yang terjadi menurut pengamatan
peneliti, dan mengumpulkan informasi terperinci dengan memakai prosedur
pengumpulan data yang berlangsung selama waktu penelitian.
B. Hermeneutics
Arti ‘Hermeneutics’
Kata ‘Hermeneutics’ berasal dari kata bahasa Yunani
HERMENEUO, yang berarti ‘menjelaskan’, ‘menafsirkan’, atau ‘menterjemahkan’. Jadi, Hermeneutics
adalah ilmu yang mengajarkan prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan metode-metode
penafsiran Alkitab.
Menurut
Rudestam dan Netwon mengatakan hermeneutik adalah sebagai bidang studi kasus,
diplopori oleh sarjana Alkitab yang memakai analisis tekstual untuk mendapatkan
makna dari teks keagamaan. Tujuan
untuk pemakaian ancangan hermeneutik pada data adalah untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik mengenai konteks yang memberikan makna. Misalnya,
sebuah teks kuno mungkin dianalisis atau ditafsirkan dalam konteks nyata dengan
pemikiran bahwa maknanya dapat diterapkan pada masalah-masalah masa kini.
Hermeneutik mengharuskan peneliti
kembali berulang-ulang ke sumber data, mengadakan dialog dengan sumber data
itu, mencoba memahami makna bagi pembuatannya dan mencoba memikirkan dengan
makna bagi peneliti.
Dimensi-dimensi
penting yang membedakan rancangan hermeneutik dengan rancangan kualitatif adalah sbb :
·
Masalah dan perhatian.
Hermeneutik sangat mengupayakan perolehan pemahaman yang luas mengenai konteks
data dan memberi makna.
·
sifat penegtahuan. Hermeneutik menggunakan proses dialogis yang bersifat
terbuka dan berulang-ulang terhadap objek penelitian (teks), dengan peningkatan
pengertian dan sebuah penafsiran yang lebih lengkap.
·
Hubungan peneliti dan pokok penelitian. Peneliti hermeneutik sangat
terlibat dalam proses penjelasan sehingga masuk ke dalam konteks data.
Jadi metode hermeneutik
beranggapan suatau kegiatan tertentu bisa dipahami bersama dengan konteks tempat kegiatan itu
muncul.
C. Riset teologi biblika.
BOLICH mengemukakan
lima penelitian biblika, yaitu penerjemahan, kritik teks, kritik sumber, kritik
bentuk, dan peneyelidikan Alkitab. Oleh sabab itu dapat dijelaskan secara ringkas dari sejumlah metode
penelitian teologi biblika berdasarkan beberapa bagian penting dalam penjelasan
Bolich dengan tambahan dari beberapa sumber lain adalah sbb:
1. Penerjemahan
Penerjemahan
ialah pemindahan pikiran-pikiran atau tulisan-tulisan dari satu bahasa ke
bahasa lain dengan mempertahankan arti dan maksud asli penulis atau pembicara. Menerjemahkan Alkitab atau bagiannya bukanlah
pekerjaan yang mudah, tetapi banyak masalah yang muncul dalam penerjemahan
Alkitab. Misalnya, satu terjemahan
belum tentu diterima sebagai terjemahan yang benar oleh semua orang, dan hal
ini terbukti dari banyaknya versi terjemahan Alkitab dalam sebuah bahasa.
Contoh
Seperti
ada orang yang menganggap Alkitab terjemahan bahasa inggris versi King James
sebagai satu-satunya terjemahaan yang beribawa dan menganggap terjemahan lain
sebagai pengurangan, penambahan, dan pemutarbalikan firman Allah. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika
penerjemahan menjadi sumber untuk mendapatkan masalah dalam penelitian biblika. Penelitian teologi biblika yang hendak
melakukan penelitian penerjemahan tentu saja harus menguasai bahasa asli
Alkitab sebagai bahasa sumber dan menguasai bahasa sasaran. Pemahaman atas bahasa Ibrani dan Yunani
membuat si peneliti bisa mengetahui adanya masalah dalam terjemahan ayat atau
perikop tertentu dalam Alkitab.
Peneliti
terjemahan dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan terjemahan yang benar dan
maknanya dapat dipahami sesuai dengan
bahasa sumber.
2. Kritik Teks
Kritik teks
ialah ilmu yang berupaya menyusun dan menetapkan kembali teks asli
Alkitab sedekat mungkin. Menurut prosedur evaluasi teks yang dijelaskan Bolich
data yang harus ditemukan dalam melakukan kritik teks adalah adanya bukti
internal sbb :
1.
Teks
mengalami perubahan dengan tidak sengaja dalam proses penyalinan, seperti
kesalahan pelihatan, kesalahan pendengaran, kesalahan pengingatan, atau
kesalahan pemahaman
2.
Teks
mengalami perubahan secara sengaja dalam proses penyalinan, seperti pembetulan
karena alasan tata bahasa/ilmu bahasa dan karena pertimbangan doktrinal.
Disamping
itu, teks juga mengalami perubahan karena penyalinan bermaksud untuk
membetulkan kesalahan naskah, menghapus ketidakcocokan yang nyata. Oleh sebab
itu peneliti teks harus menentukan apakah bunyi teks sesuai dengan bahasa
aslinya atau tidak. Jika teks itu berbeda peneliti harus menentukan mana yang
paling sesuai dan yang paling tidak sesuai.
3. Kritik Sumber
Kritik sumber ialah
metodelogi analisis yang dipakai dalam penyelidikan buku-buku biblika untuk
menemukan dokumen-dokumen (sumber-sumber) yang telah dipakai dalam penyususnan
wancana tertulis. Dengan demikian, kritik itu menyelidiki ciri-ciri kewacanaan
sebuah teks khususnya struktur, gaya, penggunaan kata-kata susdut pandang,
pengulangan kata-kata, dan penalaran.
4. Kritik Bentuk
Kritik bentuk ialah analisis
sebuah teks menurut bentuk-bentuk khas yang digunakan orang, dalam konteks
budaya tertentu. Data yang diperlukan dalam melakukan kritik bentuk dengan
model analitis adalah struktur teks
(garis besar, pola, ciri-ciri gaya pendahuluan dan simpulan dalam teks. Jadi dalam pengertian kritik bentuk
memperhatiakan penemuan bentuk-bentuk asli dari bahan-bahan yang dipakai oleh
penulis kitab suci termasuk sejarah tradisi yang melatarbelakanginya.
5. Penyelidikan Alkitab
Penyelidikan Alkitab dapat memanfaatkan kritik-kritik yang
telah dibahas, kritik-kritik tersebut dapat dipadukan sehingga menghasilkan
kebenaran Alkitab yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan maksud
Alkitab sebagai tulisan suci. Untuk
menyelidiki Alkitab dengan model pertanyaan pokok, diperlukan informasi yang
akan membantu memahami teks seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya. Untuk mencari informasi dapat diajukan
pertanyaan pokok seperti, siapa, kapan,
dimana, mengapa, apa, dan bagaimana.
Ada 10 bagian metode
penyelidikan Alkitab adalah sbb :
1.
Metode sintesis adalah metode yang mendekati
sebuah kitab satuan dan berusaha memahami maknanya sebagai keseluruhan.
2.
Metode
kritis adalah metode yang memeriksa secara cermat pernyataan-pernyataan dan
implikasi-implikasi sebuah kitab untuk memastikan hubungannya dalam keadaan
tulisan.
3.
Metode
biografis ialah metode yang menyusun kembali gambaran penulis dan orang-orang
yang berhubungan dengannya serta mengartikan konteksnya dari segi kepribadian
mereka.
4.
Metode
historis ialah metode yang meninjau kembali letak historis dan geografis kitab
dan berupaya menunjukkan pengaruhnya terhadap penafsiran.
5.
Metode
teologis ialah metode yang mengatur ajaran sebuah kitab sesuai dengan
doktrin-doktrin yang dibicarakan dan menjelaskan tekanan spritualnya.
6.
Metode
retoris ialah metode yang menunjukan bagaimana penggunaan gaya bahasa untuk
meyakinkan ajaran doktrin.
7.
Metode
topikal ialah metode yang menyarikan dari teks semua acuan topik tertentu dan
megalihkan konteksnya kedalam pengajaran yang utuh termasuk penyelidikan kata
dan frasa.
8.
Metode
analitis ialah metode yang memeriksa
teks atau bagiannya secara terperinci dengan menganalisis dengan terstruktur
sehingga dapat dinyatakan dengan tepat.
9.
Metode
perbandingan ialah metode yang menyoroti teks dengan membandingkan atau
mempertentangkannya dengan bagian-bagian lain dari Alkitab yang berkaitan.
10. Metode devosional ialah
metode yang berupaya menerapkan wacana pada kehidupan pribadi pembaca.
Oleh
sebab itu dalam penyeledikan teologi biblika Alkitab dapat digunakan untuk penyiapan khotbah, renungan, dan
pelajaran Alkitab. Metode-metode tersebut dapat dipakai untuk memahami teks,
dan mengartikannya dan menerapkannya.
F. PENELITIAN KESEJARAHAN
Penelitian
kesejarahan dapat digolongkan penelitian dengan paradigma kualitatif walaupun
tidak sepenuhnya benar sebab ada penelitian sejarah yang bersifat kuantitatif. Menurut
defenisi penelitian sejarah Brog dan Gll mendefenisikan penelitian sejarah
adalah sebagai pencarian sistimatis mengenai fakta-fakta yang berhubungan
dengan pertanyaan tentang masa lampau dan penafsiran fakta. Penelitian kesejarahan penting dalam teologi
dan ilmu keagamaan. Dengan penelitian tersebut orang dapat belajar dari kekeliruan dan penemuan-penemuan
di masa lampau. Orang dapat terbantu dalam menetapkan
pembaruan-pembaruan dan sedikit banyak dapat memperkirakan kecenderungan di
masa depan. Misalnya, mempertimbangkan
kesinambungan masa lampau dan masa kini, memperhatikan kesejajaran masa kini
dengan masa lalu, dan membandingkan sejarah yang sama di tempat-tempat yang
berbeda.
Brog dan Gall, menyebutkan
beberapa fungsi penelitian kesejarahan dalam bidang pendidikan yang mungkin
juga benar dalam bidang teologi dan keagamaan.
Fungsi-fungsi tersebut
adalah sbb :
1.
Fungsi
pembebasan dari beban masa lampau (masalah lampau yang sudah dipecahkan tidak
perlu menjadi masalah lagi, kekeliruan masa lampau tidak perlu diulang).
2.
Fungsi
menyediakan kerangka moral untuk memahami masa kini ( membimbing dalam memahami
kehidupan dan membuat keputusan moral).
3.
Fungsi
pembaruan masyarakat (menghindari ketidak adilan masa lampau).
4.
Fungsi
perkiraan kecenderungan masa lampau.
5.
Fungsi
pengubah parktik.
§
Teknik pengumpulan data
Dalam
penelitian sejarah sumber data dapat berupa benda peninggalan, dokumen dan
orang. Dalam hal orang peneliti
mungkin memperoleh data dari pelaku atau saksi sejarah. Data dapat juga
diperoleh melalui metode yang disebut sejarah lisan, yaitu wawancara untuk
memperoleh yang tidak terdokumentasikan dan diturunkan secara lisan dari
generasi kegenerasi yang kemudian dicatat menjadi teks.
Ada
juga sejarah lisan yang telah terdokumentasikan dan tentunya dapat dijadikan
sumber data.
§
Langkah-langkah penelitian kesejarahan
Langkah-langkah kebanyakan
penelitian kesejarahan adalah sbb :
1.
Menetapkan
masalah atau pertanyaan untuk diselediki.
2.
Mencari
sumber-sumber fakta sejarah, seperti sumber orang, dokumen, komunikasi lisan,
dan peninggalan.
3.
Meringkaskan
data kuantitatif (bila perlu) dan
menilai sumber sejarah. Melakukan kritik sejarah, baik kritik internal (apakah
bukan tiruan, apakah kopian asli, siapa yang menulis, kapan, dimana, dan dalam
kondisi apa dari segi ketetapan dan kelayakan.
4.
Menyajikan
fakta yang cocok dalam kerangka yang bersifat penafsiran.
Jadi penelitian kesejarahan perlu hati dalam menemukan data yang pasti
dan jangan salah mengaplikasikannya suatu kejadian masa lampau dan masa
kini.
BAB II
PENULISAN SKRIPSI
A.
SISTEMATIKA PENULISAN
SKRIPSI
Halaman judul
Lembaran persembahan
Lembaran pengesahan
Motto
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Identifikasih
Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan
Penelitian
Manfaat
Penelitian
Metode
Penelitian
Jenis Penelitian
Model Penelitian
Populasi Dan Sampel
Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik Pengolahan Dan Analisa Data
Aspek
Teoritis
Aspek
Praktis
Defenisi
Istilah
Tinjauan.Pustaka
Tentang.Disiplin
Tinjauan
Pustaka Tentang Pembentukkan Karakter
Kerangka
Berpikir
Judul Penelitian
Tujuan
Penelitian
Tempat Dan Waktu
Penelitian
Metode
Penelitian
Populasi Dan
Tehnik Pengumpulan Sampel
Besar Sampel
Tehnik
Pengumpulan Data
Pengembangan
Istrumen Penelitian
Defenisi
Konseptual
Defenisi
Oprasional
Analisa Data
Variabel Satu
Vareibel Dua
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Saran-Saran
Bagi
Mahasiswa
Bagi
Pemimpin Dan Staf
Bagi
Yayasan Misi Remaja Internasional
Bagi
Peneliti Selanjutnya
BIBLIOGRAFI
Lampiran
Surat Rekomendasi Penelitian
Surat Keterangan Izin
Penelitian
Kuiesioner
B.
MEMBUAT PROPOSAL
1.
Pendahuluan
Salah satu dalam penelitian adalah masalah penelitian.
Tidak ada masalah, berarti tidak ada penelitian, karena masalah itulah yang
menyebabkan adanya penelitian. Oleh karena itu, sebuah usulan penelitian atau
proposal akan mengemukakan masalah dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah.
Pertama-tama, proposal harus menciptakan
minat pembaca terhadap pokok penelitian, baru masalahnya dikemukakan.
Pada umumnya , dapat dikatakan bahwa penulisan
proposal adalah salah satu langkah dalam merencanakan penelitian sepanjang di
dalam penulisan proposal itu tercakup pengambilan keputusan-keputusan yang akan
menentukan proposal penelitian dan pada akhirnya menentukan pelaksanaan dan
pelaporan hasilnya. Untuk membuat pernyataan masalah, penelitian harus
didapatkan lebih dahulu. Berdasarkan masalah itu, peneliti dapat menulis
paragraf-paragraf yang menyatakan masalah penelitiannya. Penetapan masalah bisa
dilakukan dalam proses penulisan proposal, tetapi juga dapat dilakukan
sebelumnya. Jika demikian penulisan proposal, peneliti tinggal menuangkan
secara lebih terperinci masalah yang telah ditetapkan itu.
Menurut Locke Spirduso dan Silverman, mengatakan masalah adalah pengalaman ketika kita
menghadapi situasi yang tidak memuaskan. Namun, tidak semua situasi yang tidak
memuaskan adalah masalah, tetapi situasi itu betul-betul tidak memuaskan
sehingga dirasakan sebagai masalah. Dan pengalaman itu bukan hanya pengalaman
dalam praktik, melainkan juga dalam
mengamati teori yang bertentangan.
Proposal ditulis untuk dibaca sehingga orang mengerti
dan menyetujui. Jadi fungsi proposal adalah sebagai alat komunikasi dan
kontrak, disamping rencana. Jadi Mahasiswa menulis proposal untuk dibaca oleh
panitian bimbingan skripsi. Kata pendahuluan berfungsi memberikan latar
belakang permasalahan dan mengantarkan pembaca kepernyataan masalah penelitian.
Untuk itu peneliti perlu bertolak dari bidang permasalahan ke pokok
permasalahan yang telah dibatasi ruang lingkupnya dan yang telah dihadapkan
dengan konsep atau variabel tertentu.
Penelitian Biasanya diawali dengan masalah.
Langkah pertama dalam penelitian adalah
menilai apakah masalah yang diajukkan layak diteliti. Selanjutnya peneliti
menguraikan masalahnya yaitu dengan mendemonstrasikan penguasaan masalah yaitu
dengan cara menulis latar belakang masalah. Peneliti pada awalnya harus menentukan pokok persoaalan penyelidikan.
Pokok persoalan dapat diartikan sebagai dasar terbentuknya “Variabel terikat.”
Pemilihan pokok persoalan bersifat
pribadi, tetapi hendaknya mengarah kepada suatu bidang yang dikuasai peneliti.
Contoh mendemonstrasikan Latar belakang masalah
“EFEKTIVITAS
DISIPLIN BAGI PEMBENTUKKAN KARAKTER MAHASISWA DI SEKOLAH ALKITAB BINA MUDA
WIRAWAN AMBON”
a.
Latar
Belakang Penelitian
Sekolah Alkitab
adalah salah satu lembaga yang turut serta mengambil bagian dalam pendidikan
atau pembinaan. Dengan adanya Sekolah Alkitab dapat meningkatkan sumber daya
manusia khususnya dalam menghasilkan pelayan–pelayan Tuhan yang berkarakter
terpuji, berhati hamba, serta mampu menghadapi tantangan pelayanan gereja di
masa yang akan datang.
Dalam sebuah
lembaga pendidikan, selain mengajar, melatih, dan mendidik, ada juga
peraturan-peraturan atau norma-norma yang diberlakukan bagi anak didik. Seorang
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya. Peraturan,
tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku
siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha untuk memelihara
perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk
berperilaku sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah. Sebagaimana lembaga pendidikan lainnya,
Perguruan Tinggi juga menerapkan peraturan-peraturan atau tata tertib bagi mahasiswa
yang ada di dalamnya. Peraturan–peraturan itu biasanya disebut dengan disiplin
kampus, yang bertujuan untuk memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang
tidak menyimpang dan mendorong mahasiswa melakukan yang baik dan benar, serta
hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat, terpuji, dan layak
diteladani. Namun disiplin kampus ini sering diasumsikan secara keliru oleh mahasiswa.
Ketika mendengar istilah “disiplin” seringkali yang terlintas dalam benak
adalah gambaran-gambaran negatif, misalnya hukuman, tuntutan, atau perintah
yang harus ditaati. Jadi sebagian orang merasa disiplin itu sebagai sesuatu
yang menakutkan dan berbahaya. Walaupun demikian, mereka tetap melakukan secara
terpaksa karena konsekuensi-konsekuensi yang berlaku.
Disiplin biasanya
dimengerti sebagai tata tertib, ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Dalam beberapa pengertian lain, disiplin
didefinisikan sebagai kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan sistem yang
mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang
berlaku. Jadi, setiap anak didik atau para mahasiswa yang ada di dalam satu lembaga
pendidikan wajib mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan dan bersedia
menerima konsekuensi dari setiap pelanggaran yang dilakukan. Disiplin kampus
secara khusus di Sekolah Tinggi Teologi erat kaitannya dengan pembentukan
karakter.
Karakter merupakan
istilah yang sangat penting di dalam dunia pendidikan. Untuk membentuk karakter pribadi, merupakan kalimat yang
memiliki makna yang sangat dalam. Pada pribadi sesorang karakter merupakan sesuatu yang pokok, yang berkaitan denganteladan
Allah. Karakter terbentuk dari proses
meniru yaitu melalui proses melihat, mendengar, dan mengikuti. Karakter
sesungguhnya dapat diajarkan secara sengaja, oleh karena itu seseorang bisa
memiliki karakter yang baik atau karakter yang buruk tergantung dari sumber yang
ia pelajari atau sumber yang mengajar.
Sebagaimana
lembaga pendidikan, Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon, juga turut
berperan dalam mempersiapkan para pelayan atau pengerja yang diperlukan oleh
gereja dan lembaga Kristen lainnya. Untuk menghasilkan anak–anak Tuhan yang
berkarakter Kristus, maka SA BMW Ambon menerapkan peraturan atau disiplin
kampus kepada setiap mahasiswa yang ada di dalamnya. Disiplin tersebut adalah
menyangkut kehidupan rohani, tingkah laku, kehidupan berasrama, dan disiplin dalam
hubungan antar mahasiswa. Setiap pelanggaran yang dilakukan akan diberikan
konsekuensi sesuai dengan tingkat pelanggarannya.
Penulis telah
melakukan observasi terhadap mahasiswa di SA BMW Ambon apakah mereka melakukan
peraturan–peraturan itu dengan kesadaran sendiri, jadi ada yang mengatakan
mentaati peraturan karena takut dihukum,
takut gagal, atau karena tuntutan dari keluarga. Dari jawaban–jawaban yang
mereka berikan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sebagian mahasiswa
melakukan peraturan karena mereka menyadari melalui peraturan-peraturan yang
diterapkan itu karakter mereka dibentuk sehingga menjadi seorang pribadi yang
sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun ada juga mahasiswa yang melakukan peraturan
hanya untuk menghindari konsekuensi-konsekuensi dari setiap pelanggaran yang
dilakukan. Alasan lain mengapa mereka melakukan peraturan yaitu karena takut
gagal, sebab apabila tingkat pelanggaran yang dilakukan tinggi maka sesuai
dengan peraturan yang diterapkan di SA BMW Ambon konsekuensinya adalah di
kenakan skorsing bahkan dikeluarkan dari sekolah. Beberapa dari mahasiswa juga
melakukan peraturan hanya karena tuntutan dari keluarga yang mengharapkan
mereka akan menjadi seorang anak Tuhan yang berkarakter terpuji dan menjadi
Hamba Tuhan sesuai dengan harapan mereka. Jadi, di atas kertas mereka
menyetujui semua peraturan yang telah ditetapkan di SA BMW Ambon namun mereka
sulit untuk melakukannya, sehingga ketika ada yang melakukan pelanggaran dan
diberikan konsekuensi, mereka seringkali menunda untuk mengerjakannya.
Berdasarkan alasan–alasan di atas, maka penulis
mengasumsikan bahwa peraturan di SA BMW Ambon perlu dikaji ulang, dianalisa,
dan diberikan perbaikan-perbaikan seperlunya. Tentu penerapan disiplin yang bertujuan
untuk mendidik karakter mahasiswa itu semua tanggung jawab pimpinan sekolah
beserta staf-staf yang menerapkan disiplin di SA BMW Ambon.
Hal inilah yang
melatar belakangi penulis untuk memilih judul “Efektivitas Disiplin Bagi Pembentukkan Karakter Mahasiswa di
Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon” Dimaksudkan untuk melihat
sejauh mana efektivitas disiplin di SA BMW Ambon bagi pembentukan karakter
mahasiswa.
b.
Identifikasi
Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan,
maka penulis akan mengidentifikasikan masalah yang terjadi, yang akan dibahas
oleh penulis, tujuan dari pengidentifikasian ini untuk mempermudah skripsi ini.
Adapun identifikasi masalah adalah:
- Mahasiswa
belum menyadari pentingnya disiplin bagi pembentukan karakter
- Sebagian
mahasiswa terpaksa mengikuti disiplin kampus karena sebab takut gagal.
- Sebagian
mahasiswa kurang setuju disiplin
Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon, sehingga sering menunda untuk
mengerjakan konsekuensi yang diberikan.
- Staf
kurang mampu untuk menerapkan disiplin yang efektif cenderung menerapkan
secara otoriter
- Pemimpin
yang menerapkan disiplin tidak menjadi teladan yang baik
c.
Batasan
Masalah
Penulis dapat membatasi masalah penelitian
sekitar:
1. Pokok penelitian ini terfokus pada
disiplin yang efektif bagi pembentukan karakter.
2.
Lokasi penelitian dibatasi di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon.
d.
Rumusan
Masalah
Dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
- Apakah
disiplin kampus yang diterapkan di SA BMW Ambon sudah cukup menjawab
kebutuhan akan pembentukan karakter para mahasiswa yang ada di dalamnya?
- Apakah
setiap disiplin itu dilakukan oleh mahasiswa dengan kesadaran sendiri atau
karena motivasi lain?
- Bagaimanakah
seharusnya disiplin kampus SA BMW Ambon agar dapat membentuk karakter mahasiswa
sesuai dengan visi dan misi SA BMW Ambon?
e.
Tujuan
Penelitian
Adapun yang
menjadi tujuan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah
- Sebagai
bahan pertimbangan bagi penulis untuk mengetahui sejauh mana disiplin yang
diterapkan di kampus SA BMW Ambon efektif bagi pembentukan karakter mahasiswa.
- Memberikan
kontribusi kepada SA BMW Ambon dalam rangka meningkatkan disiplin dalam
pembinaan karakter mahasiswa.
- Merubah
paradigma mahasiswa yang salah tentang arti disiplin kampus dan
konsekuensinya
- Menjelaskan
bagaimanakah seharusnya pimpinan dan staf menerapkan disiplin yang efektif
sehingga mahasiswa memiliki karakter yang baik.
- Untuk
meningkatkan pembinaan karakter mahasiswa melalui penerapan disiplin
kampus yang telah ditetapkan.
f.
Manfaat
Penelitian
Manfaat penelitian memberikan alternatif bagaimana cara menerapkan ke disiplinan yang
baik dan benar untuk demi keberhasilan mahasiswa dan dapat terciptanya
hamba-hamba Tuhan yang taat dan
berkarakter seorang hamba Tuhan. Sehingga staf-staf atau dosen pengajar Kristen dapat memahami
bagaimana cara menerapkan disiplin yang efektif sehingga karakter mahasiswa
yang masih susah diatur dapat dimbimbing dengan baik agar nantinya di dalam
pelayanan mereka disiplin dalam segala hal dan berkarakter hamba Tuhan yang
memiliki kerendahan hati.
g.
Metode
Penelitian
Di bawah ini akan diuraiakan dengan
bagian metode penelitian, yaitu sebagai
berikut :
Jenis Penelitian
Dalam pengumpulan data
skripsi ini, maka penulis dapat
menggunakan metode Quantitatif yaitu :
1.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Quantitatif.
2.
Diambil dari populasi mahasiswa Sekolah Alkitab Bina Muda
Wirawan Ambon.
3.
Terhadap Staf/dosen sebagai penerapan disiplin dan pembentukkan karakter mahasisiwa
SA BMW Ambon untuk keberhasilan menjadi hamba Tuhan yang baik.
4.
Diambil dari kuiesioner.
5. Metode
kepustakaan yang berkaitan dengan buku-buku tentang disiplin yang efektif dan pembentukkan karakter
yang baik.
Model Penelitian
Penulis
melakukan penelitian dengan bentuk survey dimana penulis mengamati secara
langsung bagaimana penerapan disiplin yang diterapkan kepada mahasiswa apakah
mereka taat dan memiliki karakter yang baik dan juga penulis melihat apakah
disiplin yang diterapakan kepada mahasiswa apakah efektif atau tidak.
Populasi Dan Sampel
Sebagai populasi dan sampel dalam
penelitian skripsi ini adalah Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon dan
sebagai sampelnya adalah mahasiswa BMW yang berjumlah 30 orang dari tingkat 1
(satu) sampai tingkat (tiga).
h.
Tehnik
Pengumpulan Data
Dalam
pengumpulan data skripsi ini maka penulis mengumpulkan data-data melalui
eksplorasi data pustaka dimana penulis mencari buku-buku pendukung yang
berhubungan dengan judul penelitian, mangambil dari media massa yaitu melalui
Internet, dan juga penulis mengumpulkan data melalui pembagian
kuiesioner/angket dan melakukan wawancara kepada mahasisiwa BMW.
i.
Tehnik
Pengolahan dan Analisa Data
Adapun bagian-bagian pengolahan dan analisa data
adalah sebagai berikut :
Aspek Teoritis
Salah satu
kegunaan pengolahan melalui kajian teori adalah untuk mengetahui berbagai
metode-metode penerapan disiplin yang efektif sehingga penulis dapat menerapkan
disiplin yang efektif dan dapat membentuk karakter mahasiswa.
Aspek Praktis
Salah satu
kegunaan dari hasil penelitian adalah untuk mengetahui dengan jelas apakah
disiplin yang diterapkan sudahkah efektif dan dapat membentuk karakter mahasiswa
atau tidak, sehingga jika dalam penelitan penulis disiplin yang diterapkan di
BMW tidak efektif dan tidak membentuk karakter maka, penulis dapat megkaji
tentang bagaimana cara agar penerapan disiplin di BMW menjadi efektif bagi
pembentukan karakter mahasiswa.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka
adalah mentelusuri sumber-sumber berdasarkan judul atau vareabel skripsi yang
akan diteliti. Dan dalam kajian pustaka penulis mencari sumber-sumber atau
teori-teori dari beberapa buku untuk mendukung penelitian berdasarkan judul
skripsi. Contoh untuk tinjauan pustaka.
Judul Skripsi : “EFEKTIVITAS
DISIPLIN BAGI PEMBENTUKKAN KARAKTER MAHASISWA DI SEKOLAH ALKITAB BINA MUDA
WIRAWAN AMBON”
Kalau
cermati judul skripsi diatas maka terlihat ada dua vareabel yaitu vareabel
pertama adalah “Disiplin” dan vareabel
kedua adalah “Pembentukkan karakter” maka
dalam pengkajian sumber sumber dari berbagai buku akan telusuri seperti :
a.
Defenisi Istilah
Defenisi
istilah akan mencari diberbagai buku-buku tentang pengertian seperti pengertian
efektivitas, disiplin, dan karakter. Dan diusahakan harus banyak sumber yang
berbeda untuk memberi pendapat tentang pengertian yang akan di telusuri
berdasarkan Judul skripsi supaya lebih banyak sumber maka akan mudah memberi
kesimpulan tentang pengertian yang di telusuri tersebut.
b.
Tinjauan.Pustaka Tentang Disiplin
Dalam
pengkajian tinjauan pustakan yaitu mencari dari berbagai buku-buku yang
berhubungan tentang disiplin dan alangkah baiknya dalam penelusuran tentang
disiplin di haruskan buat sistematika tentang apa-apa saja yang akan ditelusuri
tentang disiplin yang berkaitan tentang judul skripsi yang akan diteliti.
Contoh sistematika dalam penulusuran tentang disiplin yaitu:
Tinjauan Pustaka Tentang Disiplin
·
Fungsi Disiplin
·
Tujuan Disiplin
·
Disiplin Yang Efektif
·
Nilai Budaya Kedisiplinan
·
Menegakan Disiplin Rohani
·
Pandangan Alkitab Tentang Disiplin
Rohani
c.
Tinjauan Pustaka Tentang Pembentukkan
Karakter
·
Kedewasaan Rohani Dalam Pembentukkan
Karakter
·
Karakter Orang Kristen Yang Baik
·
Karakter Hidup Yang Berkenan Kepada
Allah
·
Karakter Dalam Pelayanan
·
Karakter SeorangPemimpin
·
Peranan Roh Kudus Dalam Pembentukkan
Karakter
·
Karakter Yang Diubahkan Dalam Yesus
Kristus
d.
Kerangka Berpikir
·
Pentingnya Disiplin
·
Pentingnya Pembentukkan Karakter
·
Efektivitas Disiplin Bagi Pembentukkan
Karakter
D. METODELOGI
PENELITIAN
Dalam
metode penelitian ini, sangat berkaitan dengan penerapan disiplin yang semakin
berkembang begitu luar biasa, dengan demikian maka sangat memerlukan
pengetahuan metodologi yang baik, sehingga penelitian harus dilakukan
benar-benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dari
penulisan skripsi ini, “menggunakan
metodologi penelitian untuk dapat mengukur validitas serta setiap variabal yang akan di proses”. Maka dalam proses penelitian ini, penulis memakai “perhitungan kuantitatif
yaitu dapat mengukur setiap masalah yang ada dalam bentuk bobot banyak atau
angka yang dapat diolah statistik”.
Dengan
demikian juga, maka metode penelitian ini penulis menggunakan penelitian yang
berkembang oleh Sasmoko yaitu “Eksplanatori
yang menggunakan tipe hubungan antara variabel hubungan Asimetris”. Inti dari metode ini adalah dimana satu variabal dapat memepengaruhi variabel yang lain yaitu hubungna
antara stimulus dengan responden.
Hubungan
ini, merupakan satu tipe hubungan antara peranan Staf dalam mendisiplinkan
mahasiswa secara efektif melalui student handbook, untuk terciptanya hamaba-hamba
Tuhan yang memiliki karakter yang baik di Sekolah Bina Muda Wirawan Ambon.
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis sesuai dengan kebutuhan informasi yang
ada di dalam penelitian tersebut.
Judul penelitian
Efektivitas Disiplin
Bagi Pembentukkan Karakter Mahasiswa Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon
Tujuan Penelitian
Dalam
tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara emperik bagaimana
peranan untuk menerapkan disiplin yang efektif sehingga dapat membentuk karakter mahasiswa yang baik di Sekolah
Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon. Secara terperinci penelitian ini terbagi dalam
dua bagian yaitu Pertama : untuk mengetahui emperik informasi mengenai
faktor-faktor penyebab mengapa dan bagaimana menerapkan disiplin yang efektif
sehingga terciptanya karakter mahasiswa yang baik di SA BMW Ambon. Kedua :
untuk menegtahui perkembangan kedisiplinan
mahasiswa dan bagaimana karakter mereka sudahkah memiliki karakter seorang
hamba Tuhan atau tidak.
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Sekolah Alkitab
Bina Muda Wirawan Ambon, dalam pelaksanaan penelitian dan uji coba
instrumen dimulai dengan observasi penelitian dilakukan dari bulan Januari 2013 sampai dengan
bulan Juli2013. Proses
analisis data statistik
yang digunakan untuk menguji apakah
disiplin di SA BMW Ambon efekti dan dapat membentuk karakter mahasiswa atau
tidak, dengan itu dapat diukur melalui SPSS atau statistic prodact service sulition.
Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan studi
kasus. Maka dengan demikian penulis dapat memakai survey yang bersifat
Eskplanatori karena dalam prosesnya penulis ingin meneliti secara tuntas
tentang penerapan disiplin secara efektif yang menjadi variabel terikat (Y),
yang berpengaruh bagi variabel bebas, sedangkan variabel bebas yaitu karakter
yang baik. (X), dan kesimpulanya akan diambil dari populasi atau obyek
penelitian.
Berdasarkan
uraian di atas maka demikian penelitian ini akan dikostribusi ke dalam hubungan
asimetris anatara dua variabel,
sehingga variabel satu akan menjadi penerapan disiplin yang efektif, sedangan
variabel dua akan
menjadi karakter mahasiswa yang baik.
Populasi
Dan Tehnik Pengumpulan Sampel
Pada
umumnya populasi adalah kumpulan keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang
diamati. Populasi adalah wilayah generalisasi penelitian yang terdiri atas
subyek atau obyek pengematan dengan karakteristik tertentu yang di tetapkan
oleh peneliti untuk mengmbil kesimpulan.
Menurut
Nawawi (1990) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian
yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, nilai hasil, atau
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki banyak karakteristik tertentu dalam
suatu penelitian.Dengan demikian maka populasi ini dapat diartikan sebagai
obyek penelitian atau sarana untuk mengungkapkan sesuatu yang sedang dikaji.
Besar Sampel
Berdasarkan
populasi dimana penulis meneliti yaitu di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan
Ambon. Sehingga penulis dapat mengambil sampel dari mahasiswa yaitu dari
tingkat pertama sampai dengan tingkat ketiga.
Dengan
demikian dalam penelitian penulis memakai metode penelitian yang dikembangkan
oleh Sasmoko, oleh karena jumlah populasi (N) terdapat dalam daftar tabel
jumlah sampel.
Tehnik
pengambilan sampel adalah simple random sampel adalah proses pemilihan sampel
sedemikian rupa sehingga semua orang dalam populasi mepunyai kesempatan dan
kebebesan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Karena pengambilan anggota
data diambil secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
Tehnik Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan
dan angket. Penulis menggunakan tehnik ini untuk
mengungkapkan kondisi subyek.
“Selain itu menurut Singarimbun (1989) menyatakan bahwa pertayaan juga
digunakan untuk mendapat informasi yang relevan dengan fasilitas dan rehabilitas setinggi mungkin”
Oleh
sebab itu penulis menggunakan pertayaan supaya mendapatkan hasil yang
sesungguhnya dalam mendapatkan hasil yang sesuai kebutuhan penulis dan
menghindari informasi biasa. Sedangkan
metode angket ini juga
memiliki satu angket yang mengukur variabel antara efektivitas
disiplin bagi pembentukkan karakter Mahasiswa Di Sekolah Alkitab Bina Muda
Wirawan Ambon, dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu mengukurnya dalam bentuk
bobot.
Namun
dengan demikian untuk mendukung metode angket tersebut di atas penulis juga
menggunakan metode wawancara tidak terukur yaitu wawancara bebas dan tidak
menggunakan pedoman wawancara.
Pengembangan Instrumen Penelitian
Definisi Konseptual
Konsep mengenai efektivitas disiplin bagi
pembentukkan karakter Mahasiswa Di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon dan,
dimana terfokus kepada metode yang dipakai dalam menerapkan disiplin yang efektif sehingga disiplin itu dapat
mewujutkan karakter mahasiswa yang baik.
Definisi Oprasional
Efektivitas
Disiplin Bagi Pembentukkan Karakter MahasiswaDi Sekolah Alkitab Bina Muda
Wirawan Ambon, fokus kepada metode yang dipakai staf dalam penerapan disiplin yang efektif dan
mahasiswa memiliki karakter yang baik digambarkan dalam dua variabel yaitu; (X)
Efektivitas disiplin di sekolah
Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon. Dan (Y) Pembentukkan karakter mahasiswa, yang ditandai dengan
indikator-indikator yang akan di gambarkan dibawah ini.
E. ANALISA DATA
Setelah
menentukan instrumen dan mengumpulkan semua data angket atau kuiseioner, maka
langkah selanjutnya adalah analisa data atau pengelolaan data yang akan
dilakukan pada bab IV. Pengujian atau pengelolaan data ini akan dilakukan
dengan memakai metode SPSS. Di dalam metode ini juga akan menggunakan metode
deskriptif statistik yang sederhana dalam bentuk crosstabs dimana penelitian
ini mencari presentasinya yang memadai dari efektivitas disiplin bagi
pembentukkan karakter mahasiswa Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon.
Variabel
Satu Disiplin
Tabel 4.1.
Tanggapan Responden Terhadap Disiplin di BMW diterapkan dengan kasih
Disiplin di BMW
diterapkan dengan kasih
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid
Percent
|
Cumulative
Percent
|
||
Valid
|
TS
|
1
|
3.3
|
3.3
|
3.3
|
R
|
1
|
3.3
|
3.3
|
6.7
|
|
S
|
14
|
46.7
|
46.7
|
53.3
|
|
SS
|
14
|
46.7
|
46.7
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar 4.1. Peraturan di BMW diterapkan dengan
kasih.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3 %) responden tidak setuju ,1(3,3%) responden ragu-ragu,
14(46,7%) responden setuju, dan 14(46,7%) responden sangat setuju. Hasil
14(46,7%) responden memilih setuju disiplin di BMW diterapkan dengan kasih.
Jadi
berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 14(46,7%)
Mahasiswa memilih disiplin di BMW diterapkan dengan kasih.
Tabel
4.2. Tanggapan Responden Terhadap : Jika saya melanggar peraturan, saya ditegur
dengan empat mata terlebih dahulu dan bukan memarahi didepan umum.
Jika saya melanggar
peraturan, saya ditegur dengan empat mata terlebih dahulu dan bukan memarahi
didepan umum
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid
|
R
|
1
|
3.3
|
3.3
|
3.3
|
S
|
14
|
46.7
|
46.7
|
50.0
|
|
SS
|
15
|
50.0
|
50.0
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar
4.2. Jika melanggar peraturan di tegur dengan empat mata.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3 %) Ragu-ragu 14(46,7%)
responden setuju, dan . 15(50,0%) responden memilih sangat setuju. Dari hasil 15(50,0%) Mahasiswa sangat
setuju jika melanggar peraturan dinasehati empat mata lebih dahulu dan bukan
memarahi didepan umum.
Jadi
berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 15(50,0 %)
Mahasiswa memilihjika melanggar peraturan ditegur dengan empat mata terlebih
dahulu dan bukan memarahi didepan umum.
Tabel
4.3. Peraturan di BMW jelas bagi saya sejak awal menjadi mahasiswa.
Peraturan di BMW jelas bagi saya sejak awal menjadi mahasiswa
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid
|
S
|
19
|
63.3
|
63.3
|
63.3
|
SS
|
11
|
36.7
|
36.7
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar
4.3. Peraturan di BMW.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 19(63,3%) responden setuju,
11(36,7%) responden sangat setuju,. Hasil 19(63,3%) Peraturan di BMW telah
diketahui sejak awal menjadi Mahasiswa.
Jadi
berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 19(63,3%)
Mahasiswa menyatakan telah mengetahui jelas peraturan di BMW sejak awal masuk
BMW.
Tabel
4.4. Tanggapan Respnden Terhadap: Pemimpin yang menerapkan disiplin yang telah
menjadi teladan yang baik.
Pemimpin yang menerapkan disiplin telah menjadi teladan yang
baik
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid
|
TS
|
1
|
3.3
|
3.3
|
3.3
|
R
|
6
|
20.0
|
20.0
|
23.3
|
|
S
|
14
|
46.7
|
46.7
|
70.0
|
|
SS
|
9
|
30.0
|
30.0
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar 4.4. Pemimpin yang menerapkan
disiplin.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, (3,3%) responden tidak setuju ,
6(20,0%) responden ragu-ragu, 14(46,7%) responden setuju, dan 9(30,0%) responden sangat setuju,. Hasil
14(46,7%) Terhadap pemimpin yang menerapkan
disiplin telah menjadi teladan yang baik.
Jadi
berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 14(46,7%).Mahasiswa
jika pemimpin yang menerapkan disiplin telah menjadi teladan yang baik.
Tabel 4.5. Tanggapan Responden Terhadap:
Disiplin telah diterapkan dan berlaku secara adil.\
Disiplin telah diterapkan dan berlakun secara adil
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid
|
TS
|
2
|
6.7
|
6.7
|
6.7
|
R
|
7
|
23.3
|
23.3
|
30.0
|
|
S
|
11
|
36.7
|
36.7
|
66.7
|
|
SS
|
10
|
33.3
|
33.3
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar
4.5. Disiplin diterapkan secara kasih dan adil.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 2(6,7%) telah memilih tidak setuju,
dan 7(23,3%) responden memilih ragu-ragu. Dari hasil 11(36,7%) Memilih setujuh,
10(33,3%) memilih sangat setuju, dari hasil 11(36,7%) disiplin telah diterapkan
dan berlaku secara adil.
Jadi
berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 11(36,7%),
disiplin diterapakn dan berlaku secara adil.
Tabel 4.6.
Tanggapan Responden Terhadap : Ketika melanggar peraturan saya dikonseling
untuk mendapatkan bimbingan bagaimana memperbaiki diri.
Variabel Dua Karakter
Tabel 4.14.
Disiplin di BMW membentuk karakter saya lebih baik.
Desiplin di BMW membentuk
karakter saya lebih baik
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid
|
R
|
1
|
3.3
|
3.3
|
3.3
|
S
|
11
|
36.7
|
36.7
|
40.0
|
|
SS
|
18
|
60.0
|
60.0
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar
4.14. Disiplin di BMW membentuk karakter yang lebih baik.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3%) responden ragu-ragu,
11(36,7%) responden setuju, 18(60,0%) responden memilih sangat setuju. Dari hasil 18(60,0%) memilih disiplin
di BMW membentuk karakter lebih baik.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari
pernyataan diatas menunjukan bahwa 18(60,0%) Mahasiswa memilih bahwa disiplin
di BMW membentuk karakter lebih baik.
Tabel
4.15. Terdorong untuk menaat setiap peraturan yang sudah ditetapkan.
Terdorong untuk mentaati setiap peraturan yng sudah ditetapkan
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid
|
TS
|
1
|
3.3
|
3.3
|
3.3
|
R
|
1
|
3.3
|
3.3
|
6.7
|
|
S
|
15
|
50.0
|
50.0
|
56.7
|
|
SS
|
13
|
43.3
|
43.3
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar
4.15. Menaati peraturan yang sudah ditetapkan.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3%) responden tidak setuju,
1(3,3%) responden ragu-ragu, 15(50,0%) responden memilih setuju. 13(43,3)
responden sangat setuju, Dari hasil 15(50,0%) Memilih untuk mentaati setiap
peraturan yang sudah ditetapkan.
Jadi
berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 15(50,0%)
Mahasiswa terdorong untuk mentaati setiap peraturan yang sudah ditetapkan.
Table 4.16. Tanggapan Responden
Terhadap : Membentuk saya lebih rendah hati.
Membentuk saya lebih
rendah hati
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid
|
S
|
10
|
33.3
|
33.3
|
33.3
|
SS
|
20
|
66.7
|
66.7
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar
4.16. Karakter membentuk lebih rendah hati.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 10(33,3%) responden setuju, 20(66,7%) responden memilih
sangat setuju. Dari hasil
20(66,7%)Memilih bahwa dapat membentuk karaker lebih rendah hati.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dari
pernyataan diatas menunjukan bahwa 20(66,7%) Mahasiswa memilih mereka dapat
membentuk karakter mereka lebih rendah hati.
Tabel
4.17. Tanggapan Responden Terhadap : Terdorong mentaati Firman Tuhan.
Terdorong untuk mentaati Firman Tuhan
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid
|
STS
|
1
|
3.3
|
3.3
|
3.3
|
S
|
11
|
36.7
|
36.7
|
40.0
|
|
SS
|
18
|
60.0
|
60.0
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar
4.17. Menaati Firman Tuhan.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 1(3,3%) responden sangat tidak
setujuh, 11(36,7%) responden setuju,18(60,0%) responden sangat setuju. Dari
hasil 18(60,0%) terdorong untuk mentaati firman Tuhan.
Jadi
berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan 18(60,0%) Mahasiswa memilih bahwa
pembentukkan karakter di BMW mereka terdorong untuk mentaati firman Tuhan.
Tabel
4.18. Tanggapan Responden Terhadap : Memiliki pergaulan yang lebih baik.
Memiliki pergaulan yang lebih baik
|
|||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid
|
S
|
11
|
36.7
|
36.7
|
36.7
|
SS
|
19
|
63.3
|
63.3
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
Gambar
4.18. Memiliki pergaulan yang lebih baik.
Dalam
analisa tabel Freguncy di atas menunjukan, 11(36,7%) responden setuju, dan19(63,3%) responden memilih
sangat setuju. Dari hasil 19(63,3%)
Mahasiswa memilih bahwa mereka memiliki
pergaulan yang lebih baik.
Jadi
berdasarkan hasil penelitian dari pernyataan diatas menunjukan bahwa 19(63,3%)
pembentukkan karakter di BMW memiliki pergaulan yang lebih baik.
F.
KESIMPULAN DAN SARAN
Contoh Kesimpulan
1.
Kesimpulan
Dalam bab penutup ini dikemukakan
dua bagian pokok yaitu : Kesimpulan, dan Saran-saran.
Setelah
mengadakan pembahasan mengenai “Efektivitas Disiplin Bagi Pembentukkan Karakter
Mahasiswa Di Sekolah Alkitab Bina Muda Wirawan Ambon”. Dan telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya, maka dalam bab V ini penulis memberikan kesimpulan sebagai
berikut :
1. SA
BMW Ambon adalah salah satu lembaga yang menyelenggarakan pelatihan dan
pendidikan serta membina para mahasiswa agar menjadi hamba-hamba Tuhan yang
berkarakter terpuji. Oleh Karena itu SA BMW Ambon menerapkan
peraturan-peraturan sebagai bagian dari proses pembentukan karakter mahasiswa.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa peraturan yang
diterapkan sudah berjalan dengan baik dan sebagian besar membawa dampak yang
positif dalam pelayanan maupun pembentukan karakter mahasiswa itu sendiri.
Dalam pelayanan, mahasiswa sangat merasakan manfaat peraturan yang telah
ditetapkan di SA BMW Ambon, mereka menjadi seorang yang disiplin waktu dan
semangat di dalam pelayanan. Sedangkan dalam pembentukan karakter, mahasiswa
menjadi taat, rendah hati, mampu mengendalikan diri, menjadi teladan dalam
perkataan, dan berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok, judi,
dan minum alkohol.
2. Berdasarkan
data yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa setuju dengan penerapan
peraturan di SA BMW Ambon karena membawa perubahan dalam kehidupan mahasiswa.
Mahasiswasangat merasakan dampak penerapan peraturan ketika merekaberada di
luar kampus.Ketika ada peraturan-peraturan yang diterapkan di tempat pelayanan,
mereka tidak sulit menjalankannya. Bahkan peraturan yang sudah mereka jalani di
kampus mereka terapkan di tempat pelayanan, misalnya devotion, tepat waktu, dan
melakukan semua pelayanan dengan sungguh-sungguh.
2.
Saran-Saran
Adapun saran-saran dibawah ini
adalah :
Bagi
Mahasiswa
Diharapkan
kepada setiap mahasiswa agar mengubah paradigma yang salah tentang disiplin dan
konsekuensi. Disiplin dan konsekuensi yang diterapkan bukanlah suatu hukuman,
tetapi sebagai pembentukkan karakter, mendidik, melatih, dan mempersiapkan
mereka menjadi hamba-hamba Tuhan yang dapat diandalkan, menjadi teladan yang
baik, dan menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Disiplin atau peraturan
adalah sesuatu yang baik dan merupakan bagian dari proses pembentukan karakter.
Oleh karena itu mahasiswa harus mengikuti dan menaati setiap peraturan yang
telah ditetapkan karena sangat bermanfaat dalam pembentukan karakter.
Bagi Pemimpin Dan Staf
Pemimpin dan
staf adalah pelaksana segala kegiatan di SA BMW Ambon, maka pemimpin dan staf
SA BMW perlu meningkatkan kerjasama yang baik, tegas dalam menerapkan
peraturan, menjadi teladan yang baik bagi mahasiswa, adil atau tidak pandang
bulu dan tidak sukuisme. Ketua dan Staf harus lebih bijaksana dalam mengambil
keputusan-keputusan, memberikan solusi yang baik bagi mahasiswa yang bermasalah
dengan cara menyelesaikan masalah tersebut dengan kasih, tidak berlaku otoriter
atau menekan mahasiswa tetapi berjiwa gembala sebagaimana teladan yang telah
diberikan oleh Guru Agung Tuhan Yesus Kristus.
Bagi
Yayasan Misi Remaja Internasional
SA BMW Ambon berada di bawah
naungan Yayasan Misi Remaja Internasional (YMRI), dan bekerjasama merekrut,
melatih, membina, serta mendidik mahasiswa. YMRI sebagai penyelenggara SA BMW,
perlu mengevaluasi isi Student Hand Book mahasiswa setiap tahunnya dengan itu
YMRI mengadakan rapat bersama pemimpin
BMW. Sehingga apabila ada peraturan-peraturan yang sudah tidak relevan
dengan perkembangan zaman dapat dievaluasi dan diadakan perbaikan-perbaikan
seperlunya, sebaliknya jika ada peraturan-peraturan baru atau kebijakan-kebijakan
dari pemimpin dan Staf yang berguna bagi pembentukan karakter mahasiswa dapat
ditambahkan ke dalam Student Hand Book yang baru jika peraturan itu efektif
bagi pembentukkan karakter mahasiswa.
Bagi
Penelitian Selanjutnya
Melalui penelitian ini diharapkan
agar ada lagi yang melakukan penelitian dalam bidang yang lain agar lembaga SA
BMW Ambon menjadi bermutu dan berkualitas sehingga dapat mendisiplinkan
mahasiswa dengan efektif dan mebentuk karakter mereka dengan baik.
BIBLIOGRAFI
Contoh Penulisan Bibliografi
Baker, Philip.Sectres
of super Achievers.Erlangga, 2004.
Carmazzi, Arthur F. and Rogers David M.The6
Dimensions of top Achievers.Jakrata : PT Gramedia Pustaka Utam, 2006.
Dodson, Fitzhugh.Mendisiplinkan
Anak Dengan Kasih Sayang : BPK Gunung Mulia, 1991.
Dawn, Marva
J. Truly the Communicity menjadi gereja menurut Roma 12 : PT. BPK Gunung Mulia,
2008.
Damazio, Frank. Karakter
Yang Pemimpin Harus Miliki. Jakarta-Juli 2007.
Fountain,Daniel E.Mendidik
Anak Menurut Jalan Tuhan : Cetakan Pertama-Desember 2002.
KKBI Edisi Ketiga.Departemen
Pendidikan, Nasional. Jakarta :Balai Pustaka, 2002.
Kanisius.50
cara efektif menanamkan tingkah laku postif pada anak : Yogyakarta, 1999.
Kelompok
Kerja Pendikan Agama KristenPAK.Bertumuh
Dalam Kristus.Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009).
Liaw, Ponijan.Understanding
Your Communication Styles.Jakarta:PT. Elex Media Komputindo, 2005.
Maxwell, John C.Seri
Kepemimpinan Sejati. Iteraksara, 2002.
Oentoro, Jimmy B.The
7-40 Journey 7 Prinsip
Yang
Akan
Mengubah
Hidup Anda Dalam
40 Hari. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Rutland, Mark. Karakter Itu Penting. Light Publishing-April 2009.
Sutikno,Raja Bambang.The
Power of empathy in leadeship. Jakarta :PT Gramedia pustaka utama, 2007.
Surbakti, E.B. Kenalilah
Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009.
Soehono, Agus.Hidup
Yang Berkenan.Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1996
Saputra, Imelda.Be
A Winner like Me.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2010.
Soedarson, Soemarno.Hasrat
Untuk Berubah.Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005.
Santoso, Indar.Kamus
Praktis Bahasa Indnesia
: Surabaya
: Pustaka II 2009.
Sasmoko.Metode
Penelitian.Jakarta
: UKI, FKIP 2004.
Sumanto.Pembahasan
Terpadu Statistika Dan Metologi Riset. Yogyakarta : Penerbit ANDI 2002.
Sasmoko.Metode
Penelitian.
Jakarta : UKI, FKIP 2004.
http://www.scribd.com/doc/37573558/9/pengertian
-disiplin accessed 20 Januari 2013.
BAB III
ISTILAH SEBUTAN KUTIPAN BUKU YANG
DILAMPIRKAN DIFOOTNOOT
Takkala
anda memakai beberapa referensi buku dalam pengkajian teoritis ada beberapa
istilah sebutan kutipan buku yang akan
dilampirkan di footnote adalah sbb:
1. Ibid
Ibid adalah singkatan dari Ibedem yang berarti sama
dengan diatas, maksudnya buku yang dikutip sama kutipan sebelumnya dan halamannya yang berisi dua kutipan yang
sama. Istilah Ibid selalu digunakan bila dua kutipan dari buku yang sama
diambil/ditulis berturut-turut tanpa diantarai oleh kutipan lain (tidak
disertai nama dan halaman)
2. Op. Cit.
Op. Cit.(Opera Citato) kutipan yang diambil adalah
dari sumber yang sama dan pada halaman buku yang sama dengan kutipan yang
terlebih dahulu, tetapi telah diantarai oleh kutipan dari buku/sumber lain.
“Op. Cit.” tidak menuliskan nama dan halaman.
3. Loc. Citato
Loc. Cit. (Loco Citato) digunakan bila kutipan adalah
dari buku yang sama dengan kutipan terlebih dahulu tetapi sudah diantarai oleh
beberapa kutipan terdahulu. Penulis Loc Cit. Selalu didahului dengan nama
pengarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar